Bantah Isu ASF, Pemprov Bali Buktikan Lewat Kampanye Makan Babi

MENARAnews.com, Denpasar (Bali) – Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali Ida Bagus Wisnuwardhana mengkoreksi pernyataan terkait 808 babi mati di Bali positif virus Flu babi Afrika atau African Swine Fever (ASF), yang sempat disampaikannya pada media.

Ia mengakui  adanya miskomunikasi adanya kematian akibat virus AF masih sebatas dugaan.

“Situasinya pada saat itu, saat dimintai keterangan,  terus terang saya sempat stres, sempat syok, jadinya salah ngomong,” ujar Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali Ida Bagus Wisnuwardhana, Jum’at (7/2/2020).

Sekretaris Daerah Provinsi Bali Dewa Made Indra pun meluruskan. Menurutnya, Kadis Pertanian dan Ketahanan Pangan yang punya latar belakang sebagai Insinyur  menjadi alasan kenapa bisa terjadi miskomunikasi.

“Jadi begini, beliau kan Insinyur pertanian, jadi konteksnya bukan dokter atau dokter hewan, sehingga gejala itu diartikan positif. Saya juga harus berlajar baik antara pengawasan, suspect dan lainnya. Karena itu istilah kesehatan,” ujar Made Indra.

Namun, menurut Made Indra yang paling penting dari polemik kegaduhan informasi ini adalah yang bersangkutan (Kadis Pertanian dan Ketahanan Pangan) sudah meralat ucapan yang ia lontarkan kepada media beberapa waktu yang laku. “Tapi yang terpenting sekarang beliau sudah ralat,” ujarnya.

Ia lantas meminta kepada semua pihak, untuk tidak buru-buru menarik sebuah kesimpulan jika dihadapkan dengan sebuah isu-isu sensitif seperti wabah flu babi Afrika.

“Kalau ada penyakit maka kita jangan buru-buru menyatakan itu positif, kita harus melakukan uji yang benar. Baik itu penyakit pada manusia ataupun penyakit pada hewan harus dilakukan uji yang benar,” jelasnya.

Made Indra juga berujar, pihaknya masih terus menunggu hasil uji laboratorium yang sampai saat ini masih dilakukan dan terus berkoordinasi dengan Balai Besar Veteriner Denpasar. Ia lantas menyampaikan ada hal yang lebih penting daripada menunggu hasil uji lab positif atau tidak, yakni pengendalian kematian babi dan instruksi kepada masyarakat untuk menjaga kesehatan babi masing-masing.(DI)

 

Editor: N. Arditya