Penolakan Politik Dinasti Masih Berlanjut, Mahasiswa Kritik Putusan MK


Penolakan terhadap politik dinasti di tengah masyarakat Indonesia masih terus bergulir. Hal ini terlihat dari aksi yang dilakukan oleh ribuan mahasiswa dari Aliansi Mahasiswa dan Masyarakat (AMARA) di Universitas Sulawesi Tenggara (Unsultra), Kendari, Selasa (5/12/2023).

Dalam aksi tersebut, mahasiswa menolak politik dinasti dan pelanggaran HAM. Mereka menilai bahwa putusan Mahkamah Konstitusi (MK) Nomor 90 yang dinilai memuluskan jalan putra sulung Presiden Joko Widodo (Jokowi), Gibran Rakabuming Raka, menjadi calon wakil presiden (cawapres) pendamping calon presiden (capres) Prabowo Subianto, penuh dengan kepentingan elite.

"Yang sangat kita miriskan dengan kejadian kemarin putusan MK. Kami menduga ada sebuah settingan oleh MK sehingga sengaja dibukakan gerbang sebesar-besarnya agar bisa mendaftar," kata Koordinator Aksi AMARA, Ardianto.

Ardianto mengatakan bahwa pembentukan MK sejak tahun 2003 telah mewarnai perkembangan hukum dan tata negara RI. Namun, peran MK kemudian terdegradasi akibat putusan tentang batas usia capres-cawapres.

"Kehadiran MK ini merupakan kemajuan besar. Hari ini sudah dipolitisasi oleh kepentingan-kepentingan elite-elite politik. Maka hadir lah keresahan mahasiswa, maka ada mimbar demokrasi. Kita harus kembali merefleksikan politik dinasti jangan terulang kembali," kata mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Sulawesi Tenggara (Unsultra) itu. 

Ardianto berharap dengan adanya mimbar demokrasi ini bisa memantik kembali daya kritis mahasiswa.

Selain di Unsultra, penolakan politik dinasti juga terjadi di berbagai daerah di Indonesia. Pada 23 November 2023, ribuan mahasiswa dari berbagai universitas di Jawa Timur menggelar aksi di Surabaya menolak politik dinasti. Aksi serupa juga dilakukan oleh mahasiswa di berbagai daerah lainnya, seperti di Jakarta, Yogyakarta, dan Bandung.

Penolakan terhadap politik dinasti ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia semakin sadar akan bahaya politik dinasti. Politik dinasti dapat menghambat demokrasi dan menguatkan oligarki. Politik dinasti juga dapat membuat kekuasaan menjadi turun-temurun dan tidak terbuka bagi masyarakat luas.

Oleh karena itu, penting untuk terus menyuarakan penolakan terhadap politik dinasti. Masyarakat harus terus mengawasi dan mendesak pemerintah untuk membuat aturan yang tegas untuk mencegah politik dinasti.