MENARAnews.com, Denpasar (Bali) – Pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT) menjadi impian pengembangan energi negara-negara maju. Saat ini Indonesia sudah mulai mengembangkan EBT, begitu juga Bali sebagai daerah pariwisata berupaya mewujudkan energi bersih dan hijau.
EBT diupayakan karena energi batu bara yang kotor dan polutif itu tidak pernah murah dan tidak bisa bertahan selamanya karena suatu saat akan habis.
Bahkan, energi polutif tersebut sebenarnya saat ini merupakan teknologi afkiran karena mulai ditinggalkan oleh sekitar 75 persen konsumen dunia, yakni Uni Eropa, Jepang, Amerika Serikat, Tiongkok, dan India.
Sementara potensi EBT di Indonesia sebenarnya memiliki potensi yang besar apabila dikelola dengan baik. Sedangkan pengembangannya EBT belum dimanfaatkan secara baik, mulai regulasi soal tarif, perizinan, dan sengketa lahan.
Faktor penghambat lain adalah biaya investasi yang saat ini masih relatif mahal. Sisi ekonomi yang besar mempengaruhi pengembangan EBT yang belum maksimal. Hal itu yang diungkapkan oleh Manajer Komunikasi PT Perusahaan Listrik Negeri (PLN) (Persero) Unit Induk Distribusi Bali I Nyoman Swiranata di Denpasar, Kamis (3/1/2018).
“Secara teori sejatinya tidak ada masalah dan PLN siap menyalurkannya,“ ujarnya. Bali telah mengembangkan EBT di daerah Karangasem dan Bangli yang menggunakan tenaga surya.
Masih memungkinkan mengembangkan EBT lainnya disejumlah daerah di Bali dengan tenaga cahaya mahatari (surya), tenaga angin (bayu), panas bumi (geothermal), tenaga air (mikro-hidro) dan bahkan tenaga sampah.
Namun, pihaknya terus berupaya mendorong EBT terus dikembangkan hingga tahun 2025 dengan target nasional 23 persen yang kini baru dicapai 12 persen.
Sedangkan PLN Unit Induk Distribusi (UID) Bali tercatat dalam Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) karena telah berhasil melistriki seluruh rumah tangga di Bali. Penghargaan tersebut diterima langsung oleh General Manager PLN UID Bali, Nyoman S Astawa pada Senin (07/01/2018) kemarin.
Direktur MURI Dr Yusuf Ngadri menyampaikan rasa bangga karena dapat menjadi saksi dari prestasi baru yang di ukir oleh PLN. “Kami berharap prestasi ini tidak hanya berhenti disini, tapi mampu memotivasi daerah lain untuk meningkatkan rasio elektrifikasi (RE),” tambah Yusuf.
General Manager PLN UID Bali menyampaikan bahwa penghargaan ini merupakan suatu kebanggaan yang tak ternilai. “Terimakasih kepada seluruh pihak yang telah berkontribusi dalam pencapaian RE 100%, penghargaan ini untuk kita semua”, ujar Astawa.
Astawa juga menambahkan bahwa sejak Oktober 2018 seluruh masyarakat Bali sudah bisa menikmati listrik, sementara daerah yang sulit diakses diberikan lampu sehen.
Keberhasilan pencapaian rasio elektrifikasi 100 persen yang telah diraih oleh PLN UID Bali sebelumnya telah dideklarasikan bersama Gubernur Bali, Wayan Koster pada Hari Listrik Nasional ke-73. “Ini merupakan wujud prestasi nyata PLN dalam menerangi Indonesia”, ujar Astawa. (NN)
Editor: N. Arditya