MENARAnews, Denpasar (Bali) – Penyerapan beras di Bali dari bulan Januari hingga September 2017 sebesar 1.317,925 Ton atau setara dengan 11,46%, sedangkan target penyerapan 11.500 Ton (beras PSO dan Komersial) Harga Pokok Penjualan (HPP) beras Rp. 7.300,- per Kilogram (Kg), namun harga beras yang keluar dari penggilingan di Bali sudah mencapai Rp. 8.800,- sampai dengan Rp. 8.900,-, sehingga menyebabkan penyerapan beras di Bali oleh Bulog hanya sedikit karena HPP yang ditetapkan jauh lebih rendah dari harga beras setelah giling. Hal tersebut diungkapkan oleh Kabid. Pengadaan Operasional dan Pelayanan Publik / POPP, Made Agustama di Kantor Bulog Regional Bali Renon Denpasar, Rabu (11/10/17).
“Harga Gabah Kering Panen (GKP) Rp. 3.700,- per Kg di petani, harga di penggilingan Rp. 3.750,- per Kg sedangkan harga Gabah Kering Giling (GKG) di penggilingan Rp. 4.600,- per Kg, sampai pintu Gudang Bulog Rp. 4.650,-. Harga Eceran Tertinggi beras medium Rp. 9.450,- dan Harga Eceran Tertinggi beras Premium di wilayah Provinsi Bali Rp. 12.800,-. Meskipun tingkat produktivitas hasil panen gabah di Bali tinggi mencapai 6 ton per hektar hal tersebut tidak dapat mempengaruhi penurunan harga beras karena kebutuhan beras di Bali terutama untuk konsumsi masyarakat dan kebutuhan pariwisata sangat tinggi,” kata Kabid. POPP.
Sementara itu, pada tahun 1970 – 1990an Bulog mampu menyerap beras di Bali karena harga beras rata-rata masih dibawah HPP dan waktu itu alih fungsi lahan masih sedikit. Selama 5 tahun terakhir ketersediaan stok beras di Bali juga didatangkan dari luar Bali seperti Jawa Timur (Jatim), Jawa Tengah (Jateng), Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Sulawesi Selatan (Sulsel) melalui mekanisme Move Nasional (movnas). Faktor lain yang mempengaruhi harga jual beras diatas HPP terjadi alih fungsi lahan sekitar 700 Hektar rata-rata pertahunnya.
Saat ini ketersediaan beras di Bali sebesar 9.961 Ton dengan estimasi kebutuhan selama 4,3 bulan ke depan dan rata-rata penyaluran 2.300 Ton per bulan. Ketersediaan beras segera menyusul akan masuk ke Gudang Bulog sebanyak 5.000 Ton yang berasal dari Jatim dan NTB.
Bulog terus berupaya dalam menjaga stabilitas harga dengan Operasi Pasar (OP) dan Pasar Murah. “Upaya yang dilakukan oleh Bulog Bali dalam menjaga stabilitas harga beras adalah dengan melakukan OP, namun kebijakan OP salah satu syaratnya harus berkoordinasi dengan Dinas terkait (Dinas Perdagangan dan Industri, Dinas Pertanian, Pemerintah Provinsi dan Kabupaten Satgas Pangan dll). Terdapat kebijakan dari Pemerintah Pusat untuk melakukan OP 75.000 ton beras medium di seluruh Indonesia. Kemudian melakukan Pasar Murah (PM), selama 1 tahun Bali melaksanakan PM sebanyak 118 kali sehingga Provinsi Bali memperoleh penghargaan dari Pemerintah Pusat,” terang Made Agustama.
Menurutnya, mekanisme penjualan beras ke Bulog cukup mudah dan cepat pencairannya, setelah beras masuk ke Gudang Bulog kemudian dibuatkan Surat Permintaan Pembayaran (SPP) maka uang bisa dicairkan.
Mengenai adanya peningkatan aktivitas Gunung Agung Kabupaten Karangasem menjadi Status Awas yang berdampak masyarakat sekitar Kawasan Rawan Bencana untuk mengungsi, pihak Bulog Bali telah mengeluarkan stok Cadangan Beras Pemerintah (CBP) untuk kebutuhan konsumsi pengungsi tersebut.
“CBP sudah dikeluarkan. Setiap tahun alokasi CBP Bali sebesar 1.100 Ton dengan rincian masing-masing Kabupaten/Kota 100 Ton dan Provinsi 200 Ton. CBP Provinsi Bali dan Kab. Karangasem sudah dikeluarkan, dan saat ini CBP Kabupaten Buleleng untuk pengungsi Kabupaten Karangasem yang berada di Buleleng juga dikeluarkan atas kebijakan dari Bupati. Total CBP untuk pengungsi yang telah dikeluarkan sebanyak 447,164 Ton melalui Bupati dan Perintah Logistik (Prinlog) Kementerian Sosial,” pungkas Kabid OPP. (NN)
Editor : N. Arditya