Antisipasi Serangan Ulat Mangrove Lanjutan, DINLH Demak Usulkan Pelarangan Penangkapan Burung

MENARANEWS (Demak) Usulan tersebut disampaikan setelah mendapati fakta, bahwa ribuan ulat yang  menyerbu hutan mangrove di kawasan Desa Sidogemah, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak, (sehingga menyerang warga pemukiman) disinyalir karena berkurangnya  predator alami hama tumbuhan karena terjadi perburuan oleh manusia.

Program pelarangan penangkapan burung-burung pemakan ulat tersebut diusulkan menjadi program bersama berbagai instansi dan pihak terkait, disamping program perlindungan dan restorasi ekosistem mangrove. Menurut Eko Budi Priyanto, Koordinator Pemberdayaan Masyarakat Yayasan Lahan Basah (YLBA) wilayah program Demak, meski saat ini serangan ribuan ulat bulu mulai reda, tapi masyarakat masih mewaspadai jika ada serangan ulat kembali.

“Masyarakat setempat bersama Dinas Lingkungan Hidup (DinLH) Demak, DLHK Provinsi Jateng, serta pemangku kepentingan lain bahu membahu dan sigap melakukan upaya pengendalian hama ulat yang menyerang hutan mangrove di kawasan tersebut,” ujar Eko Budi Priyanto, dalam rilisnya, Rabu (17/3/21)

Tim gabungan dalam merespons serbuan ulat-ulat itu melakukan percobaan, membuat obat semprot dari bahan-bahan yang mudah didapat di rumah-rumah penduduk, dimana tim gabungan menggunakan sabun pencuci piring yang dicampur dengan minyak goreng dan air laut untuk dijadikan obat penyemprot ulat-ulat yang menyerang hutan mangrove dan juga permukiman warga.

“Penyemprotan dengan menggunakan campuran yang diracik sendiri ini ternyata lebih efektif untuk menanggulangi serbuan ribuan ulat-ulat itu dibanding campuran dan pestisida lain,” jelas Eko.  

Terkait maraknya kegiatan manusia yang memburu burung – burung diakui oleh, Ahmad, salah seorang warga Desa Bedono, dimana Ahmad menyampaikan, bahwa penangkapan burung-burung di kawasan pesisir marak sekali.

“Burung-burung plenci sering sekali ditangkapi di sana menggunakan perekat, padhal bisa jadi burung – burung itu makan ulat yang ada di pohon mangrove,” jelas Ahmad.

Selaim itu aktivis penggiat lingkungan Demak, Sutresno, juga menyampaikan bahwa ledakan populasi hama (outbreak) dengan uji menggunakan air pembersih piring dan air laut membuat ulat langsung menjatuhkan diri dengan menjulurkan jaring, dimana selang waktu lebih kurang 1 sampai 3 menit, ulat terlihat mati lemas kemudian kaku.

“Hal ini karena cairan pembersih piring mampu menembus pertahanan diri ulat berupa jaring-jaring tipis yang menyelimuti tubuh ulat, kemudian cairan dan minyak  akan menempel di tubuh ulat sehingga ulat akan berusaha membersihkan badannya dengan mulutnya dan ulat secara tidak sengaja akan menelan cairan beracun (khusus ulat/serangga) yang menempel pada tubuhnya,” ucapnya.

Adapun beberapa pengamat lingkungan menyampaikan berkurangnya ekosistem predator alami mangrove tersebut tidak menutup kemungkinan, disebabkan oleh toksin atau racun tertentu yang dikeluarkan hama dan punya efek merusak bagi tanaman. Semua pihakpun sepakat bahwa diperlukan kajian lebih lanjut mengenai serbuan ulat beserta panduan penanganannya. Sehingga, bila terjadi kasus serupa di lokasi lain, dapat dilakukan langkah-langkah pencegahan dan penanganannya secara tepat. (NSN)