Kunjungi DPW SAHI Bali, Putri Wapres Siti Ma'rifah Bahas Peningkatan Kualitas Haji Hingga Wisata Moeslem Friendly

MENARAnews.com, Denpasar (Bali) – Dr. Hj. Siti Ma’rifah Ma’ruf Amin, S.H.,M.H, Putri Sulung Wapres RI selaku Ketua Dewan Pembina DPP SAHI (Silaturahmi Umrah dan Haji Indonesia) setelah melakukan rangkaian kunjungan kerja di Banyuwangi, melanjutkan kunjungan kerjanya ke Bali, tepatnya menjumpai pengurus DPW SAHI Bali, Selasa (25/8/2020).

Di sela-sela kunjungannya, Siti Ma’rifah menjelaskan meskipun merupakan organisasi baru, SAHI menyadari bahwa dalam kegiatan haji dan umroh tidak hanya dibutuhkan kesiapan materi saja, namun juga kesiapan mental spiritual. SAHI sejauh ini telah melaksanakan audiensi dengan Kementerian Agama perihal pelaksanaan ibadah haji umrah sehingga ikut membantu dalam bimbingan haji umrah. Dengan bekerja sama dengan stake holder terkait, SAHI memiliki tujuan untuk ikut meningkatkan kualitas ibadah haji dan umrah. SAHI memberikan usulan agar kedepan gelang jemaah haji sudah digital, sehingga memudahkan proses pelacakan semisal ada jamaah yang terpisah dari rombongannya.

“Gelang haji misalnya sudah harus digital, sehingga jika ada jemaah yang terpisah, bisa segera terdeteksi, agar cepat dilakukan penanggulangan,” ujarnya.

Selain membahas terkait urusan bimbingan persiapan haji dan umroh, Siti Ma’rifah juga membahas perihal ekonomi kerakyatan. Seperti mengembangkan ekonomi syariah, lalu usaha mikro, kecil, dan menengah. Dirinya pun memberikan contoh terkait pengadaan desa wisata halal di Bali.

“Desa wisata halal di Bali jangan disalahartikan, hanya khusus orang muslim, dan non muslim dilarang masuk atau harus memakai pakaian muslim, bukan. Tetapi bagaimana Bali yang dianggap (nyaman) untuk turis non muslim, juga bisa aman dan nyaman untuk turis beragama islam, walaupun islam disini minoritas,” terangnya.

Dia meluruskan bahwa halal merupakan gaya hidup, sama seperti vegetarian, sehingga tidak perlu dikhawatirkan.

“Jadi tidak perlu dikhawatirkan, jangan dianggap islamisasi, jangan,” tegasnya.

Ditambahkan pula, Taiwan pun telah menyediakan hotel khusus muslim. Jika suatu wilayah sudah memproklamirkan diri sebagai kota atau daerah wisata, maka tentunya dapat menerima seluruh segmentasi masyarakat dari berbagai penjuru dan itu sepatutnya difasilitasi. Oleh karena itu penting bagi Bali memiliki, misalnya desa wisata halal agar turis dari Timur Tengah atau dari belahan dunia yang beragama islam dapat semakin nyaman berwisata ke Bali, terlebih dalam urusan ibadah dan wisata kuliner.

“Saya lebih menyebutnya moeslem friendly, jadi Bali perlu memiliki tempat yang moeslem friendly,” simpulnya.




Editor: N. Arditya