MENARAnews.com, Denpasar (Bali) – Wabah virus corona yang bertepatan dengan perayaan tahun baru cina atau imlek 2020, menimbulkan keriguan bagi pariwisata di Bali. Pelaku industri pariwista Bali, khususnya yang menangani turis Tiongkok (China) mengaku mengalami banyak kerugian semenjak merebaknya virus corona. Per data terakhir Rabu (29/1/2020) terdapat sekitar 15 ribu pembatalan kunjungan ke Pulau Dewata.
Demikian diungkapkan Ketua Bali Liang (Komite Tiongkok Asita Daerah Bali), Elsye Deliana ditemui di sela-sela persembahyangan bersama komponen pariwisata Bali di Pura Candi Narmada, Desa Adat Pemogan, Denpasar Selatan Jumat (31/1/2020).
“Kita masih terus mendata. Kondisi ini sangat disayangkan padahal Februari akan banyak sekali insentif grup yang akan datang ke Bali, ada peserta 2 ribu, 5 ribu dan seribu peserta. Itu semua sementara sekarang dicancel,” ujarnya.
Dikatakan Elsye, kedatangan terakhir turis Tiongkok ke Bali pada 26 Januari 2020 karena per 27 Januari 2020 tidak diperbolehkan meninggalkan negaranya. Pemerintah Tiongkok berupaya mengurangi penyebaran virus corona dengan tidak memperbolehkan warganya melakukan perjalanan ke luar negeri.
“Kalau tanggal 26 Januari ke Bali biasanya mereka di Bali 5 hari sampai 6 hari. Sampai tanggal 31 saya rasa sudah pulang semua. Namun ada yang sebagian masih betah di Bali mungkin karena takut kembali (ke negaranya) atau masih betah di Bali ini ada. Tapi tidak banyak,” jelasnya.
Namun pihaknya memastikan sebagian besar turis Tiongkok yang berwisata di Pulau Seribu Pura ini sudah pulang ke daerah masing-masing.
“Meski masih ada yang di Bali tapi saya rasa setelah tanggal 1 Februari sudah tidak ada. Sementara Pemerintah Tiongkok memberikan larangan sampai tanggal 19 Februari 2020. Tapi setelah itu dilihat lagi kondisinya apa bisa terus diberlakukan atau masih bisa dikontrol penyakit itu,” imbuh Elsye.
Menurut dia, Pemerintah Tiongkok cukup cepat menangani wabah tersebut, misalnya dengan cepat membangun rumah sakit yang menampung 1.300 orang dalam waktu singkat. Diharapkan pemerintah setempat cepat menyelesaikan masalah yang menggemparkan dunia, untuk memulihkan perekonomian bukan hanya Bali saja namun secara global.
Lebih lanjut Elsye menyatakan, periode Imlek 2020 yang menjadi penyebaran virus corona membawa sejumlah kerugian mengingat momen ini adalah high season Imlek. Dimana pada periode itu, pihak hotel akan meminta pembayaran lunas yang harus dipenuhi sebelum wisatawan tiba di Bali. Namun karena wabah tersebut, terjadi pembatalan kedatangan padahal pihak travel agent sudah membayar lunas ke hotel-hotel bersangkutan.
“Dengan kejadian ini kami sudah berbicara dengan pihak hotel agar mau mengikuti imbauan pak Wagub Bali apa yang sudah kita bayarkan itu. Kami tidak meminta refund tapi jangan dikenakan cancellation fee tapi sebagai floating deposit untuk kedatangan wisatawan berikutnya,” paparnya.
Dia pun mengapresiasi beberapa hotel yang mematuhi imbauan Wakil Gubernur Bali untuk tidak mengenakan cancellation fee. Meskipun ada juga yang tidak mau mengikuti imbauan, hal ini sangat disayangkan karena pembatalan bukan kemauan pribadi namun faktor force majeure.
“Kerugian pembatalan ini tergantung harga hotelnya misalnya bintang 3, 4 atau 5 dan 5 plus. Jika dipukul rata kerugian 300 dolar AS per orang untuk stay di Bali. Tinggal dikalikan saja. Itu perkiraannya. Itu tidak termasuk tiket hanya tour fee di Bali. Kalau bintang 5 plus kamarnya mahal per malam bisa Rp 5 jutaan,” tutupnya. (DI)
Editor: N. Arditya