MENARAnews, Pandeglang (Banten) – Ikatan Guru Indonesia (IGI) Kabupaten Pandeglang, menepis isu mengenai pemangkasan sejumlah mata pelajaran (Mapel) yang belakangan viral dan diperbincangkan masyarakat.
IGI Pandeglang menyebut, usulan itu bukan lah memangkas, melainkan hanya menyederhanakan Mapel dengan menggabungkan beberapa pelajaran yang bersifat linier. Seperti halnya mata pelajaran Biologi, Fisika, dan Kimia, digabungkan menjadi IPA.
Mengingat dalam Kurikulum 2013 (K13) yang dianut oleh Indonesia saat ini, mengandung mata pelajaran yang begitu banyak. Akibatnya, guru dan peserta didik seringkali kelelahan.
Sebelumnya sempat beredar jika IGI mengusulkan supaya pemerintah memangkas jumlah mata pelajaran. IGI mengusulkan di tingkat sekolah dasar ada empat mata pelajaran inti, yaitu Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, dan pendidikan agama berbasis Pancasila.
Untuk tingkat SMP, IGI menyarankan maksimal lima mata pelajaran. Sementara di SMA, IGI mengusulkan enam mata pelajaran.
Ketua IGI Pandeglang, Neli Fori Karliana menjelaskan, penerapan K13, banyak menyedot tenaga serta pikiran guru maupun siswa. Dengan kurikulum tersebut, tenaga pengajar dituntut untuk menyiapkan banyak administrasi yang justru bukan bagian dari kegiatan belajar sehingga sulit berinovasi.
“Lagipula, penerapan K13 di Pandeglang saat ini juga belum merata terutama saat dikaitkan dengan teknologi. Jadi yang viral itu hanya salah persepsi. Karena usulan kami IGI untuk meningkatkan kualitas siswa,” ujarnya saat dihubungi melalui sambungan telepon, Senin (25/11/2019).
Namun begitu, Neli menegaskan bahwa usulan IGI bukan mengajukan perubahan kurikulum. Akan tetapi hanya menyederhanakan Mapel.
“Tetapi jika Kemendikbud melihat usulan itu berkaitan dengan kurikulum, kemungkinan akan berpengaruh terhadap perubahan tersebut,” kata Neli.
Dirinya menjelaskan, penyederhanaan Mapel itu bukan sebatas usulan semata. Tetapi Neli mengklaim, IGI sudah menyusun rancangan pemberlakuan usulan tersebut. Bahkan ia menyebut, usulan yang disampaikan sebagai upaya memperbaiki sistem pembelajaran saat ini.
“Memang agak sulit kalau kita berpikirnya ke belakang atau stack di sini. Tapi kalau berfikir ke depan, maka mudah dipahami yang diusulkan IGI itu. Kami juga sudah menyusun rancangan jika usulan tersebut diterima,” bebernya.
Neli meyakini usulan itu tidak akan mudah diterima. Tapi dia berharap, bila usulan itu diakomodir oleh Kemendikbud, bisa meningkatkan kualitas hingga kesejahteraan guru honorer. Dia yakin
“Soal kualitas, semua butuh proses. Jika kita bertahan dengan yang ada tanpa mau mengubah sedikit pun, itu lebih jelek,” tandas guru SMAN 2 Pandeglang itu.
Salah seorang guru di SMPN 1 Saketi Kabupaten Pandeglang, Milla Fadhila justru menyambut baik wacana IGI tersebut. Karena dia pun mengeluhkan soal beratnya beban pengajar ketika memberlakukan K13. Maka dengan menyederhanakan beberapa mata pelajaran, dia percaya dapat meringankan beban guru dan siswa.
“Saya menyambut baik usulan IGI. Sebab selama ini beban guru dirasa berat. Maka dengan menyederhanakan beberapa mata pelajaran, akan meringankan beban guru dan siswa,” ucap guru Agama itu.
Adapun mengenai kabar bahwa usulan itu akan menyingkirkan beberapa guru Mapel, dia justru menyangsikannya. Jika pun nantinya ada guru yang terpinggirkan, hal itu lebih disebabkan oleh skill dalam mengajar, bukan karena kurikulum yang diberlakukan.
“Guru tidak perlu merasa risau. Karena jika sebuah pekerjaan dijalani sebagai sebuah beban, tentu akan terasa berat. Tapi kalau dijalani dengan bijak, tidak akan terasa berat.
Jadi berat atau tidak berat, itu lebih kepada guru yang menjalaninya,” tutur Milla.
Dirinya berharap, apa pun keputusannya nanti, kurikulum yang dibuat bisa sederhana dan realistis sehingga guru tidak lagi merasa terbebani dengan seperangkat administrasi.
“Karena banyaknya mapel, membuat guru terbebani, lantas kurikulum yang berlaku dengan seperangkat administrasi tidak maksimal,” bebernya.
“Saya juga berharap, guru tidak hanya mentransfer knowledge, tetapi harus bisa mentransfer attitude yang baik karena aktivitas realitas, lebih baik daripada teoritis semata,” sambung Milla.
Di sisi lain, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Pandeglang, enggan mengomentari usulan yang digaungkan IGI itu. Kepala Dindikbud Pandeglang, Taufik Hidayat menjelaskan, pihaknya hanya sebagai eksekutor atas aturan yang dibuat oleh Kemendikbud.
“Kami belum bisa memberi tanggapan apa-apa. Karena itu harus merupakan hasil kajian,” katanya.
Oleh karenanya, Dindikbud Pandeglang mengaku akan siap menjalankan aturan dari pusat, jikapun nantinya usulan penyederhanaan Mapel direalisasikan.
“Kalau ada perubahan kurikulum yang berdasarkan kajian ditingkat nasional, kami ikut. (IN)