Peduli terhadap Minimnya Minat Baca Millenial, FPMHD-Unud Gelar Diskusi Literasi

MENARAnews.com, Denpasar(Bali) – Generasi millenial adalah generasi yang terkenal akrab dengan penggunaan teknologi atau gadget dalam keseharian. Dunia mereka seakan tanpa batas, dan dalam genggaman.

Namun dibalik bertumbuhnya generasi millenial bersama dengan teknologi, budaya membaca makin kian terlupakan dan tersingkirkan. Waktu mereka habis untuk sekedar update status atau membuat video viral.

Melihat isu tersebut, Forum Persaudaraan Mahasiswa Hindu Dharma-Universitas Udayana (FPMHD-Unud) Bali bersama dengan Etalase Pengetahuan Bali menggelar diskusi literasi dalam kegiatan Diskusi Akhir Pekan, dengan tema “Pentingkah Literasi bagi Mahasiswa?” di Sekretariat FPMHD-Unud, Jalan SMA 3, Gang : 3, No. 20 C, Denpasar, Minggu (17/2/2019).

Kegiatan diskusi ini ditujukan untuk mengajak dan menyadarkan mahasiswa sebagai penerus dan calon pemimpin bangsa, khususnya mahasiswa Universitas Udayana (Unud) Bali agar kembali membudayakan membaca buku.

“Mahasiswa jaman sekarang lebih akrab dengan gadgetnya dan perlahan-lahan melupakan buku yang merupakan sumber utama dari ilmu pengetahuan, sangat miris. Maka dari itu, kami laksanakan diskusi ini dengan harapan ini akan terus berlanjut agar literasi bisa menjadi budaya khususnya di Lingkungan FPMHD-Unud,” ucap Eka April Yanto selaku Koordinator FPMHD-Unud Periode 2018-2019.

Selain itu, diskusi ini turut menghadirkan Narasumber, yaitu I Wayan Darmayasa, Koordinator Nalar Mahasiwa dan Pemuda (Narmada) Bali dan I Kadek Nova Semadi, Ketua PC Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia (KMHDI) Bangli Periode 2017-2019.

Teddy Chrisprimanata Putra, Founder Etalase Pengetahuan Bali sekaligus Moderator kegiatan diskusi mengutarakan fakta bahwa rata-rata orang Indonesia hanya baca buku kurang dari satu jam.

“Hari ini anak muda sangat menjaga jarak dengan buku, berbeda dengan pemuda jaman dahulu yang memiliki hubungan yang sangat intim dengan buku. Selain itu buku yang dihabiskan orang Indonesia per tahun hanya 5 sampai 9 buku saja,” ungkapnya.

“Negara hanya menyediakan jaminan kesehatan, bukan jaminan untuk kewarasan. Maka membacalah! ,” tegas I Wayan Darmayasa mengakhiri kegiatan diskusi. (DA)

 

Editor : N. Arditya