MENARAnews, Bukittinggi (Sumatera Barat) – Mewabahnya kembali penyakit lama yang selama beberapa tahun sudah tidak pernah terjadi lagi di Indonesia, yakni Difteri membuat cemas masyarakat karena mudahnya penularan penyakit tersebut. Kasus-kasus Difteri bermunculan sepanjang tahun 2017 dan merebak ke 95 Kabupaten/Kota pada 20 Povinsi, tidak terkecuali Sumatera Barat.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Sumatra Barat, sejak Januari hingga November 2017, terdapat 23 kasus yang tersebar pada 10 (sepuluh) Kabupaten/Kota. Dari 23 kasus ditemukan 2 kasus positif (1 Solok Selatan dan 1 Pasaman Barat). 1 orang Pasaman Barat meninggal, 21 kasus negatif. 2 (dua) orang kasus positif (konfirmasi) berdasarkan riwayat dan informasi dari orang tua tidak pernah mendapatkan imunisasi.
Menyikapi penyebaran penyakit tersebut, Walikota Bukittinggi Ramlan Nurmatias, melalui Kepala Dinas Kesehatan Kota Bukittinggi, Yandra Ferry mengatakan, untuk di Kota Bukittinggi sendiri terdapat satu kasus suspect Difteri.
“Satu pasien (bayi) yang terinfeksi Difteri di Kota Bukittinggi diketahui tidak pernah mendapatkan imunisasi. Setelah ditelusuri, faktor penyebabnya ternyata penderita tersebut tidak mendapat imunisasi lengkap atau balita tersebut tidak datang ke Posyandu atau pelayanan kesehatan,” ungkap Kadis Kesehatan Kota Bukittinggi ketika dihubungi melalui jaringan seluler, Rabu (13/12/2017).
Pihaknya menambahkan bahwa korban tersebut telah ditanggulangi dengan baik. Sementara itu, terkait dengan sarana prasarana dan vaksin di Dinkes Kota Bukittinggi, diaukinya cukup memadai. Oleh karena itu, untuk menghindari adanya korban lainnya, Yandra Ferry menghimbau kepada para orang tua untuk membawa bayinya ke Posyandu atau pelayanan kesehatan guna mendapatkan imunisasi.
Mengantisipasi penyebaran penyakit Difteri, Dinas Kesehatan Kota Bukittinggi telah melalukan sosialisasi dengan melakukan peningkatan daya tahan tubuh melalui makanan yang bergizi, mengkonsumsi sayur dan buah serta olah raga secara rutin. Selain itu, Dinkes Kota Bukittinggi juga menghimbau kepada masyarakat untuk menggunakan masker, karena penularan Difteri dapat terjadi melalui hembusan napas/bersin.
Untuk diketahui, penyebaran Difteri dapat terjadi melalui droplet (bersin atau batuk) dari orang yang menderita penyakit Difteri, kontak langsung terutama apabila terdapat luka di kulit dan alat tidur serta mainan yang terkontaminasi bakteri corynebackterium diphtheria. Sementara itu, Difteri dapat dicegah dengan melakukan imunisasi (imunisasi DPTHBHIB1, DPTHBHIB2, DPTHBHT83) bagi bayi usia 2 sampai 4 bulan. Sedangkan untuk anak-anak kelas satu hingga dua SD dapat melakukan imunisasi DT. (AD)