MENARANEWS.COM (Dèmàk) ‐ Terkait adanya isu pembelian BBM bersubsidi dengan menggunakan aplikasi Peduli Lindungi, membuat terjadinya pro kontra di masyarakat, karena dinilai tidak adanya korelasi antara covid dan BBM.
Salah satu warga masyarakat yang ikut panik dengan adanya informasi tersebut adalah Saep (40), warga Demak, begitu mendengar bahwa tidak lama lagi akan diberlakukan syarat membeli pertalite Ia pun bergegas untuk vaksin.
“Katanya kalo tidak vaksin tidak boleh beli bensin, terutama Pertalite, jadi saya ya Vaksin. Selama ini saya tidak vaksin,” ucapnya setelah melakukan vaksinasi dosis 1.
Ia juga menyampaikan bahwa selama ini Ia tidak pernah melakukan perjalanan, hanya dari rumah ke sawah paling jauh ke Kabupaten (pusat wilayah),, sehingga tidak pernah mengakses kartu vakisin atau aplikasi peduli lindungi.
"Saya petani, sawah saya luas. Saya tidak sempet pergi kemana - mana jadi tidak pernah berfikir perlunya vaksin. Cuma sekarang, kalo beli pertalite harus ada Peduli Lindungi, ini merepotkan, karena kalo bensin kan kebutuhan,"
Hal sama dikatakan Seno (27), mahasiwa ini mengaku bahwa kalo benar membeli BMM harus bersyarat dengan aplikasi, maka Ia mempertanyakan larangan mengaplikasikan handphone saat di SPBU.
“Kalo pake Peduli Lindungi berarti harus pakai HP ya, lo katanya ga boleh pake HP zaat di SPBU, bagaimana ini? Kalo ga mau ribet y pake pertamax, kita mau dipaksa pindah pertamak, ya?” Ucapnya setelah menerima suntikan booster di gerai vaksninasi Binda Jateng di Demak.
Poswil BIN Demak, Iswahyudi, kepada keduanya menyampaikan bahwa berita itu masih belum diberlakukan, dan masih uji coba di dibeberapa tempat, dan Demak belum. Ia pun menyampaikan sebaiknya memang masyarakat melakukan vaksinasi demi kesehatan pribadi dan kekebalan komunal.
“Sebaiknya vaksin dilakukan denan kesadaran diri. Demi diri sendiri dan demi tercapainya herd immunity,” pungkasnya.
Binda Jateng saat ini telah mendirikan 30 tenda vaksin di 30 Kab/ Kota di Jawa Tengah dengan target 10.000 vaksin bagi masyarakat. (NSN)