MENARAnews, Pandeglang (Banten) – Pemerintah Kabupaten Pandeglang melalui Camat Cikeusik, Kabupaten Pandeglang, Dani Ramdani mengaku tidak ada jika ada warganya, Pasangan Suami Istri (Pasutri) Raniman (57) dan istrinya Aminah (47) warga Kampung Margasari RT 01 RW 04, Desa Curug Ciung, Kecamatan Cikeusik, yang tinggal di rumah yang nyaris roboh.
Bahkan rekomendasi yang tiap tahun diajukan ke Dinas Sosial untuk masuk program Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) maupun Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS), tidak tercantum rumah Pasutri tersebut.
“Sampai saat ini saya belum pernah merekomendasi pengajuan dari nama tersebut (Raniman, red). Misalkan dari desa ada 20, kan si A si B-nya tidak dilihat, kecamatan hanya sebatas mengusulkan,” kata Dani saat dihubungi melalui sambungan telepon, Jumat (14/6/2019).
“Saya sudah menginstruksikan aparat desa untuk menginventarisir rumah yang sudah tidak layak huni. Kemudian data tersebut nantinya diajukan ke dinas terkait, apakah melalui program RTLH di Dinas Sosial, BSPS melalui DPKPP ataupun melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) jika kerusakan rumah akibat bencana,” sambungnya.
Dirinya sangat membuka diri kepada pihak manapun untuk memberikan masukan terkait masalah ini. Namun jangan sampai ada yang men-justice jika masalah tersebut tidak ditangani. Apalagi tanggal 17 Juli nanti akan ada rapat koordinasi (rakor) dan dengan adanya informasi ini bisa disampaikan dalam rakor tersebut.
“Saya siap memfalisitasi. Saya kegetnya kok seorang pamong desa tidak mengusulkan, karena tidak etis. Kecamatan hanya sebatas merekomendasi usulan dari desa yang ditindaklanjuti oleh tingkat kecamatan,” bebernya.
Pihaknya meminta, aparat desa untuk lebih jeli dalam melihat kondisi masyarakatnya. Mana saja masyarakatnya yang memang membutuhkan bantuan maupun yang belum layak. Jangan sampai warga yang sudah mampu terus dibantu, sementara warga kurang mampu tidak didata untuk diberikan bantuan.
“Insya Allah dengan adanya saran dan masukan akan ditindaklanjuti,” tutupnya.
Untuk diketahui, pasangan Raniman dan Aminah menjalani hidup yang mengenaskan karena tinggal disebuah bangunan yang nyaris roboh. Untuk mempertahankan bangunan yang mayoritas terbuat dari anyaman bambu itu, mereka harus memberi sangga dibeberapa titik karena bentuknya sudah rapuh termakan usia.
Pria yang berprofesi sebagai buruh tani ini sehari-hari terpaksa tetap bertahan lantaran tidak memiliki biaya untuk sekadar memperbaiki bilik rumahnya. Jangankan untuk membetulkan rumah, untuk membiayai kehidupan sehari-hari pun mereka harus bekerja keras.
Ironisnya lagi, kondisi itu sudah dialami oleh Raniman dan Aminah selama 30 tahun. Selama puluhan tahun mereka bukan tanpa usaha. Raniman sudah beberapa kali mengajukan usulan rehab ke Pemerintah Daerah. Namun hingga kini tidak juga ada respons positif. (IN)