Pospera Bali: Indonesia Petik Manfaat Terselenggaranya BDF di Bali

MENARAnews.com, Denpasar (Bali) – Pelaksanaan Bali Democracy Forum (BDF) 2018 menuai berbagai tanggapan positif dari kelangan masyarakat, seperti halnya elemen masyarakat Posko Perjuangan Rakyat Bali (Pospera) yang menyatakan optimisme di sektor demokrasi kedepan.

Perhelatan BDF ke XI yang konsisten terselenggara membuktikan bahwa Asia Pasifik telah saling membutuhkan dalam merawat demokrasi. Untuk Bali jelas hal ini manfaatnya adalah barometer bagi daerah lain untuk melaksanakan event tahunan yang reguler dan berdampak luas, baik dampak secara ekonomi, pariwisata maupun kehidupan berdemokrasi di Bali dan tentunya kehidupan berdemokrasi Bangsa ini. “Pemerintah saat ini tentu paham bahwa program yang baik akan dijaga keberlangsungannya, tidak serta merta berganti estafet kepemimpinan, program diganti semua.

BDF XI telah menunjukan kekuatannya di Asia Pasifik, setelah pertemuan di Papua Nugini beberapa waktu yang lalu, ajang ini akan semakin mempererat hubungan multilateral kawasan untuk membangun demokrasi kawasan, dimana Indonesia berperan aktif sebagai founder kegiatan ini”, ungkap Ketua DPD Pospera Kadek Agus Ekanata di Denpasar.

Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa Indonesia telah memetik manfaat atas apa yang sudah ditanam 11 tahun lalu, kekuatan baru Asia Pasifik dalam dunia global. “Tentu kita bangga atas pencapaian ini. Tentu perhelatan yang berkelanjutan penting untuk mengusung isu global dan regional kawasan. Disetiap penyelenggaran diharapkan menguatkan 1 isu kawasan, jangan hanya sekedar ajang seremonial semata”, jelasnya.

Selain itu, sebagai negara berkembang yang sudah memiliki kemajuan dalam berdemokrasi jelaslah memiliki banyak isu yg bisa diusung menjadi isu kawasan. “Walaupun nama Bali tersemat, kedepan baiknya sesekali event ini bisa terselenggara di luar Bali untuk meng-influence daerah lain terkait hasil-hasil pertemuan BDF. Saya rasa Presiden Joko Widodo pernah menyampaikan hal ini, menyatukan alat pembayaran kawasan yang tidak bergantung pada 1 alat bayar saja, sehingga disaat terjadi perang dagang negara kuat, maka tidak berdampak luas dan mendalam terhadap kawasan ini, seperti halnya perang dagang USA dengan Tiongkok”, tutupnya. (NN)

Editor: N. Arditya