Sikapi Pengakuan AS Terhadap Yerussalem Sebagai Ibu Kota Israel, Ini Komentar Organisasi Mahasiswa dan Kepemudaan Bukittinggi

MENARAnews, Bukittinggi (Sumatera Barat) – Cukup sudah dengan tekanan, pelanggaran HAM dan pertumpahan darah yang telah dialami oleh rakyat Palestina terhadap Israel. Keputusan atau pernyataan Donald Trump yang telah mengklaim Yerussalem sebagai ibu kota Israel bukan hanya sekedar pemenuhan janji kampanye politiknya saja, Israel menggunakan tangan Amerika Serikat untuk mendapatkan keinginan yang sudah lama dicapai.

Hal tersebut diungkapkan oleh Ketua HMI Kota Bukittinggi, Joni Riski Saputra ketika memberikan konfirmasi kepada Menaranews, Sabtu (9/12).  Diakuinya, keputusan yang diambil oleh orang nomor satu di Amerika itu keliru. Pihaknya menjelaskan bahwa keputusan tersebut tidak akan menyelesaikan perdamaian antara Israel dan Peleatina, bahkan akan semakin memperburuk konflik di Timur Tengah.

“Dampak buruk lainnya dari pernyataan Presiden Amerika Serikat adalah munculnya kecaman dari negara-negara Islam, seperti yang diungkapkan oleh Presiden Turki Erdogan dan Indonesia Jokowi. Bahkan sampai pada pemutusan hubungan diplomatik antara pemerintah Turki terhadap Israel. Selain itu apabila Yerusalem Timur menjadi wilayah boikot Israel, Palestina hanya akan tinggal nama dengan sebagian kecil daerah yang dimilikinya seperti Gaza,” jelasnya.

Dikatakan Joni, HMI sebagai organisasi yang menjunjung tinggi nilai keumatan (Islam) dan kebangsaan (keutuhan NKRI), khusunya HMI Cabang Kota Bukittinggi, akan terus mendukung keputusan yang diambil oleh pemerintah Indonesia.

“HMI Cabang Kota Bukittinggi akan mendukung kebijakan pemerintah Indonesia terkait klaim sepihak oleh Trump. Selain itu, Presiden Republik Indonesia telah mengeluarkan pernyataan bahwa pemerintah Indonesia mengecam keputusan yang diambil oleh Donald Trump, sehingga harapannya untuk dapat disikapi melalui forum sidang OKI yang dihadiri oleh kerjasama negara-negara Islam,” katanya.

Hal senada disampaikan oleh Ketua HMI Komisariat Tarbiyah IAIN Bukittinggi, Yudi Gucandra, bahwa pernyataan Donald Trump yang mengklaim Yerussalem sebagai ibu kota Israel dapat memancing kemarahan umat Islam dunia. Selain itu pihaknya juga menjelaskan bahwa Amerika Serikat memiliki misi jangka panjang terkait klaim atas Yerussalem sebagai ibu kota Israel itu.

“Konflik di Timur Tengah saat ini sedang berlangsung, oleh karena itu momen ini adalah kesempatan dan peluang bagi Donald Trump untuk semakin memecah belah daerah Islam. Selain itu, klaim atas Yerussalem tersebut sangat jelas terindikasi adanya misi penjajahan atas tanah di Yerussalem,” ungkapnya.

Yudi menambahkan, melihat situasi seperti itu, sudah jelas umat Islam dunia tidak akan tinggal diam. Seperti yang telah diungkapkan Presiden Turki Erdogan, bahwa pihaknya akan mengadakan pertemuan dengan OKI (Organisasi Konferensi Islam) pada hari Rabu tanggal 13 Desember 2017.

Sementara itu, di lain sisi Ketua KNPI Kota Bukittinggi, Rio Andika menilai bahwa pernyataan Donald Trump sebagai salah satu dari pemimpin dunia, terkesan ceroboh dan menjauhkan dunia dari perdamaian. Sikap ini sangat tidak patut dipertontonkan oleh seorang Presiden dari negara yang selalu mengumandangkan perdamaian, keadilan dan demokrasi.

Lebih lanjut Rio mengatakan bahwa, dampak yang akan ditimbulkan dari klaim sepihak Presiden Amerika Serikat itu dapat mempengaruhi perdamaian dan situasi global.

“Dampak yang akan luar biasa bisa terjadi adalah pertentangan yang lebih keras antara barat (Amerika Serikat) dengan negara-negara Islam, tidak hanya dalam hal diplomatik namun akan mengarah kepada kestabilan ekonomi, kemanan dan politik global,” ungkapnya.

Pihaknya menambahkan, Indonesia sebagai salah satu dari negara OKI dan dalam konstitusi Indonesia jelas menyatakan bahwa akan terlibat untuk menjaga menjaga perdamaian dunia, sudah seharusnya lebih tegas menentang sikap arogansi Donald Trump yang kontra produktif dengan cita-cita perdamaian dunia.

“Dalam resolusi Liga Bangsa-Bangsa Nomor 1 Tahun 81 dan Resolusi Dewan Keamanan PBB Nomor 242 Tahun 1967 serta Kesepakatan Oslo Tahun 1993, menjelaskan bahwa Yerussalem sebagai kawasan internasional dan segala hal terkait dengan Yerussalem akan diputuskan di meja perundingan. Berangkat dari konsensus tersebut, sudah selayaknya OKI sebagai wadah negara-negara Islam menyuarakan penentangan dan perlawan yang lebih nyata terhadap kearogansian Donald Trump,” jelas Rio ketika dikonfirmasi Menaranews melalui telepon.

KNPI Bukittinggi mengapresiasi sikap tegas dan cepat dari pemerintah Indonesia terutama kepada Presiden.

“Ketegasan ini semoga saja akan disuarakan dengan lebih lantang lagi di dunia internasional ataupun dipersatuan negara-negara Islam dan regional,” pungkas Rio Andika (AD)