MENARAnews, Kab. Badung (Bali) –Maraknya radikalisme dan intoleransi di Indonesia membuat para Pimpinan Perguruan Tinggi se-Indonesia mengambil sikap dengan menyatakan deklarasi melawan radikalisme di Peninsula Island Nusa Dua Kabupaten Badung dan dihadiri oleh Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, Selasa (26/9/17).
Dalam sambutannya selaku Ketua Steering Committee acara tersebut dan menjabat sebagai Rektor Universitas Mahendradata, Putri Anggraeni mengatakan bahwa Deklarasi Perguruan Tinggi (PT) melawan radikalisme karena munculnya kecenderungan dan perkembangan ajaran yang bersifat radikal atau yang bertentangan dengan Pancasila sehingga Perguruan Tinggi harus mengambil sikap yang tegas dalam melawan radikalisme dan menjaga persatuan Indonesia sebagai tanggung jawab dan kepedulian terhadap bangsa Indonesia.
“Perguruan Tinggi menyatakan bahwa Patuh Ideologi Pancasila, Patuh Konstitusi UUD 1945, Satu Negara yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), Satu Semboyan Bhinneka Tunggal Ika, Satu Tekad Melawan Radikalisme dan Intoleransi”, ujar Putri Anggraeni dengan tegas dalam menyampaikan isi deklarasi.
Hal yang paling ditunggu ketika Pesiden Joko Widodo memberikan sambutan dan menyampaikan bahwa kegiatan tersebut untuk menyadarkan kita semuanya dimana Indonesia adalah negara yang besar dengan penduduknya 258 Juta, 37 Pulau, 516 Kabupaten / Kota, 34 Provinsi, 714 Suku, 1.100 lebih Bahasa Daerah. Saat ini media sosial sangat bebas dan terbuka, muncul dengan metode baru, sangat kekinian dan halus dengan pendekatan yang akrab dan menyentuh hati sehingga banyak dari kita terbuai bahwa kita memiliki Pancasila.
Presiden menyampaikan rasa bangga terkait terselenggaranya deklarasi untuk melawan radikalisme. “Saya bangga sekali telah dideklarasikan terkait Pancasila, berpegang pada UUD 45 dan menjaga Bhinneka Tunggal Ika. Perguruan Tinggi adalah kawahnya pengetahuan dan sangat berbahaya sekali untuk penyebaran ideologi anti Pancasila, anti NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika. Jika kita mencintai Indonesia kita harus menghentikan radikalisasi di Indonesia agar rasa persaudaraan diantara kita semakin kuat. Jangan sampai kerja keras kita untuk anak cucu hancur karena radikalisme maupun terorisme,” ungkap Presiden Joko Widodo.
Perguruan Tinggi harus melakukan terobosan dan membuka program studi yang dengan berbagai inovasi. Beliau sempat menanyakan mengenai ada atau tidaknya jurusan retail manajemen, animasi, toko online, logistik dan bahkan ‘Meme’. Karena ke depan hal tersebut sangat dibutuhkan dan banyak Kepala Negara sedang membicarakannya.
Menurut Presiden Jokowi, Ideologi Pancasila harus dimasukkan dalam kurikulum pendidikan sebagai sarana membentuk kerukunan dan toleransi dalam keberagaman. “Tanamkan kepada mahasiswa baru bahwa keberagaman adalah sumber kekuatan kita. Terimakasih atas deklarasi bapak dan ibu pada hari ini. Diharapkan yang namanya anti Pancasila, anti NKRI, anti Kebhinekaan harus kita hilangkan demi negara Indonesia. Dengan bekerja bersama kita tolak radikalisme dan terorisme,” pungkas Presiden Jokowi. (NN)
Editor : N. Arditya