MENARAnews, Pandeglang (Banten) – Berbicara tentang pariwisata, tentu tidak jauh dengan A3, yaitu Aksesibilitas, Amenitas dan Atraksi. Aksesibilitas berkaitan dengan kondisi infrastruktur, Amenitas dapat berupa fasilitas pariwisata dan atraksi erat kaitannya dengan pameran atau pentas pariwisata.
Khusus untuk Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tanjung Lesung, sangat bergantung pada aksesibilitas berupa Tol Serang-Panimbang dan Bandara Selatan karena hal tersebut sangat mempengaruhi keinginan wisatawan untuk berkunjung.
“Pariwisata sangat sensitif dengan aksesibilitas, apalagi maksimal waktu tempuh wisatawan 3 jam,” terang Kepala Kantor Administrator KEK Tanjung Lesung Joyce Irmawanti saat diwawancarai Wartawan MENARAnews diruangannya.
Sebenarnya, tambah Joyce, pasar terbesar Tanjung Lesung adalah Jakarta dan Jawa Barat, tapi waktu tempuh ke Tanjung Lesung selama 5 jam membuat wisatawan berpikir 2 kali ketika ingin balik lagi ke Tanjung Lesung, apalagi destinasi dekat KEK belum siap.
“Tanjung Lesung hanya bisa mengandalkan Jalan Nasional, kita sekarang nilai jualnya karena dekat dengan Jakarta tapi belum bisa bersaing dari sisi fasilitas dan kualitas destinasi,” jelasnya.
Dengan kondisi saat ini, Ia mengakui sudah banyak investor domestik maupun asing yang berminat untuk berinvestasi tapi masih menunggu infrastruktur. “Tapi endingnya penanaman modal dalam negeri, sebagian besar menunggu jalan tol jadi, kalau buat penanaman modal asing menunggu ketika bandara sudah jadi,” ujarnya.
Secara umum, pihaknya sedang berupaya meningkatkan daya tarik baik dari sisi investasi maupun wisatawan, minimal daya tarik stabil sambil menunggu aksesibilitas siap.
“Otomatis yang bisa kita lakukan selama menunggu semua itu jadi (tol dan bandara, pen) adalah menjaga kualitas Jalan Nasional tetap baik supaya tidak mengurangi minat wisatawan untuk tetap datang ke Tanjung Lesung sambil membenahi yang lain seperti kuliner, atraksi, festival, event-event, dan lainnya. Selain itu, kita sekarang sedang mempersiapkan insentif investasi yang fiskal dan nonfiskal, kemudian promosi, menyusun dokumen visibilitas. Jadi ketika tol sudah jadi, sistem sudah siap semua, tinggal bangun hotel,” bebernya.
Selain itu, pihaknya juga melakukan pembenahan dari sisi Sumber Daya Manusia sehingga nantinya bisa menyesuaikan dengan lingkungan dan mampu bersaing dengan yang lainnya.
“Menyiapkan sertifikasi tenaga kerja dan industri, SMA dan SMK diperkuat dengan menginduksi kurikulum-kurikulum khusus pariwisata, bimbingan teknis mengenai manajemen homestay, semua industri pariwisata masuk ke dalam pariwisata digital sehingga diharapkan semua reservasi bisa dilakukan secara online,” pungkas Joyce.
Intinya, lanjut Joyce, prioritas utama yaitu menjadikan Tanjung Lesung sebagai destinasi yang menarik. “Bisa mengalahkan rasa enggan karena waktu tempuh yang terlalu lama,” imbuhnya. (IY)