MENARAnews, Medan (Sumut)— Gerakan Anti Penistaan Agama Islam (GAPAI) Sumatera Utara kecewa dengan Jaksa Penuntut Umum yang menuntut terdakwa kasus penistaan agama Anthony Ricardo Hutapea dengan hukuman penjara dua tahun enam bulan.
Mereka menilai tuntutan itu terlalu ringan untuk penista agama. Sidang Anthony berlangsung di PN Medan, Kamis (27/7/2017) petang.
Wakil Koordinator GAPAI Sumut Aidan Nazwir Panggabean mengatakan, terdakwa harusnya dihukum maksimal karena telah menistakan agama. Ini dilakukan agar ada efek jera dan kedepan tidak ada lagi orang yang melakukan penistaan agama.
“Kita kecewa dengan apa yang telah disampaikan JPU tadi tentang tuntutan yang hanya menuntut terdakwa dengan tuntutan 2 tahun dan 6 bulan. Saya kira itu tidak maksimal, kita sepakat bahwa sebenarnya dalam rangka mengeliminir penistaan-penistaan agama yang dilakukan oleh orang lain di kemudian hari dengan memberikan semacam hukuman yang sudah diatur Undang-undang dengan hukuman maksimal agar ini bisa menjadi efek jera bagi orang-orang yang berniat melakukan hal serupa,” tutur Aidan.
Menurut Aidan, apabila hukuman yang diberikan cukuop ringan, maka bisa saja ke depan akan ada hal serupa yang terjadi. Dia berharap agar Undang-undang yang ada bisa diterapkan semaksimal mungkin.
“Saya yakin ahli-ahli hukum sedang menetapkan hukuman yang layak. Itu menunjukan bahwa hukuman maksimal layak diterapkan kepada penista agama,” katanya.
GAPAI Sumut berkomitmen akan terus mengawal kasus ini. Untuk diketahui, Anthony Hutapea didakwa telah melanggar Pasal 156 dan 156 (a) KUHPidana dengan ancaman hukuman 5 tahun penjara. Postingan dia di laman facebook dianggap menjelekkan Nabi Muhammad membuat lelaki paruh baya itu masuk sel tahanan.