MENARAnews, Pandeglang (Banten) – Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tanjung Lesung masih sulit untuk bersaing dengan sejumlah destinasi wisata yang ada di Indonesia. Hal ini terlihat dari posisi KEK Tanjung Lesung yang berada di 3 terbawah, dari 10 destinasi prioritas yang ditetapkan oleh Kementerian Pariwisata. Namun, indikator tersebut merupakan acuan atau semangat untuk terus optimalkan potensi yang dimiliki KEK Tanjung Lesung karena 9 destinasi lainnya bukan sebagai kompetitor, melainkan layaknya partner karena Kementerian Pariwisata berusaha memperbesar Pariwisata di Indonesia.
“Tanjung Lesung masih kalah bersaing dengan destinasi unggulan lain seperti Candi Borobudur, Wakatobi, Tanjung Kelayang, dan Labuan Bajo. Sejumlah indikator pertimbangan yang membuat Tanjung Lesung belum mampu bersaing, diantaranya soal kesadaran wisata, kebersihan, infrastruktur, dan fasilitas,” Demikian yang dikatakan Kepala Administrator KEK Tanjung Lesung, Joyce Irmayati, usai Sosialisasi KEK Tanjung Lesung di Hotel Sofyan Pandeglang, Selasa (25/7/2017).
Diakuinya, meski telah ditetapkan sebagai Proyek Strategis Nasional (PSN), namun KEK Tanjung Lesung belum siap menyediakan mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM) dan SPBU yang memadai. Namun begitu, potret tersebut dianggap sebagai acuan dalam meningkatkan daya saing.
“Kemarin memotret daya saing, untuk menghitung indeks daya saing. Hal itu dilakukan untuk mengetahui level, apa yang diperlukan untuk diperbaiki agar daya saingnya naik. Artinya, dengan potret itu bagaimana memperbaiki indikatornya,” tutur Joyce.
Ia melanjutkan, seluruh stakeholder diharapkan bisa memperkuat sinergitas untuk mengembangkan Tanjung Lesung. Oleh karenanya, upaya-upaya tersebut selalu dilakukan oleh Administrator KEK. Seperti diantaranya mengusulkan perbaikan jalan di sekitar zona penyanggah sepanjang 62 kilometer.
“Selain infrastruktur, hal lain yang dinilai perlu diperbaiki menyangkut keberadaan tempat ibadah dan lahan parkir,” tambahnya.
“10 destinasi itu bukan menjadi kompetitor, tetapi partner. Kita bukan berebut pasar. Tetapi kita harus gali keunikan lain. Jadi jangan hanya jual KEK saja, tetapi potensi lokal yang lain. Kita mungkin bisa bikin atraksi penunjang” terangnya.
Menurutnya, pembangunan Tanjung Lesung agar bisa menjadi destinasi favorit bukan pekerjaan yang mudah. Akan tetapi, apabila progres pembangunan berjalan cepat dan program dilakukan secara tepat, maka sekiranya dalam 5 tahun ke depan, KEK Tanjung Lesung akan menjadi pariwisata yang jauh berkembang.
“Kita juga harus mengembangkan potensi kuliner. Mungkin butuh waktu 5 tahun benar-benar membuat KEK berkembang. Itu pun kalau speed kita kenceng, program nya jalan,” paparnya.
Sementara itu, Tenaga Ahli Sekretariat Dewan Nasional KEK Tanjung Lesung, Raihan mengungkapkan, meski dinyatakan belum dapat bersaing, namun tidak membuat KEK Tanjung Lesung berkecil hati. Pasalnya, dari KEK yang telah ditetapkan oleh pemerintah, Tanjung Lesung memiliki keunggulan lain dari KEK Tanjung Kelayar, Morotai, dan Mandalika.
“Hanya saja ada beberapa aspek yang perlu segera dibenahi agar Tanjung Lesung dapat lebih berkembang. Seperti diantaranya aspek infrastruktur dan dukungan politik melalui Perbup (Peraturan Bupati, pen) soal Insentif Pajak Daerah,” sebut Raihan. (IY)