MENARAnews, Palangka Raya (Kalteng) – Belum meratanya penyebaran guru di wilayah Kota Palangka Raya, membuat banyak tenaga pendidik tersebut harus mengajar tak sesuai dengan kompetensi atau ilmu yang mereka miliki. Terlebih sekolah yang berada jauh di pelosok, demi peserta didiknya tidak jauh tertinggal dalam setiap mata pelajaran, maka guru mau tidak mau harus mengajar tiga sampai lima mata pelajaran.
Wakil Walikota Palangka Raya, Mofit Saptono Subagio tidak menepis permasalahan tersebut, dimana masih banyak guru, baik tingkat sekolah dasar (SD) maupun tingkat sekolah menengah pertama (SMP) yang mengajar tidak sesuai dengan kompetensinya.
Dikatakan, belum meratanya penyebaran guru menyebabkan semua itu terjadi. Selama ini secara personal guru-guru berpandangan adalah melihat lokasi atau tempat dengan asumsi bisa menyatu (betah) atau tidak. Lalu pandangan lain karena banyak faktor-faktor pendukung yang tidak lengkap.
“Berbagai infrastruktur yang belum optimal, termasuk infrastruktur sekolah sebut saja ketersediaan listrik, membuat tidak maksimalnya pengabdian tenaga pengajar,” ujar Mofit, Rabu (10/5).
Kondisi itulah kata dia, akhirnya menyebabkan banyak guru, terutama bagi mereka yang menjunjung tinggi pengabdian harus memaksakan diri untuk mampu mengajar banyak bidang studi. Meskipun sesungguhnya bukan bidang studi atau kompetensi yang dipelajari bertahun-tahun. Itu dilakukan tidak lain agar peserta didiknya bisa merasakan semua pelajaran yang wajib mereka serap.
Memang, tidak ada yang salah bila guru bisa merangkap satu mata pelajaran, terlebih pelajaran yang satu rumpun atau satu bidang, misalkan matematika, fisika dan kimia. Pun demikian pemerintah telah membuat regulasi atau aturan bahwa guru tidak diperbolehkan mengajar mata pelajaran yang tidak sejalan dengan bidangnya.
“Banyak sih guru, sebut saja guru bidang studi matematika, tapi ia menguasai pula pelajaran bahasa Inggris. Itu tidak jadi soal. Yang tidak efektif manakala guru harus memaksakan diri mengajar mata pelajaran yang tidak ia kuasai. Sebenarnya diharapkan, guru mengajar harus searah dengan ilmu yang ia tempuh,” tutur Mofit.
Pemko sendiri tambah dia, jauh sebelumnya sudah merasakan permasalahan tersebut. Saat ini pun pemko melalui Dinas Pendidikan terus berusaha dalam menerapkan sistem guru silang.
“Tentu yang dilihat, bagaimana ketersediaan guru antara belahan kota dan ketersediaan guru di belahan pinggiran. Makanya sistem aplusan atau penempatan guru untuk membantu kekosongan guru di setiap sekolah harus tetap dilakukan. Pihak Disdik sudah diarahkan dalam konteks ini,” pungkasnya.(AF)
Editor : Hidayat