MENARAnews, Medan (Sumut) – Berita bohong, yang sekarang tenar disebut Hoax, bukanlah kejahatan baru dalam sejarah kehidupan umat manusia. Kebohongan sudah dikenal sejak Nabi Adam AS dipindahkan dari Surga ke Bumi ini.
Hoaxernya adalah Iblis yang terkutuk. Ini terjadi ketika Allah SWT melarang mendekati sebuah pohon kayu yang tak diberi nama oleh Allah SWT, firmanNya: tinggallah kamu wahai Adam bersama istrimu di dalam Surga ini makanlah apa saja yang kamu suka, namun (jangan) dekati pohon kayu (syajaroh) ini. (QS. 35) Lalu, Iblis dengan kebohongannya memberi nama pohon yang belum bernama tadi dengan sebutan syajarotulkhuldi/pohon kekal.
Tujuannya agar Adam dan Hawa terkecoh dengan makna dari nama pohon tersebut. Dengan sungguh meyakinkan Iblis menanyakan kepada Adam maukah kutunjukkan kepadamu Syajaratul khuldi ? (QS.: 120). Artinya jika Adam mau memakan buah khuldi tersebut, Adam tidak akan terusir dari dalam Surga dan akan kekal di dalamnya sesuai dengan nama pohon. Sedangkan Iblis tahu benar bahwa Nabi Adam telah dilarang mendekati pohon kayu tersebut, apalagi memakan buahnya. Akhirnya tanpa ada niat untuk melanggar larangan Allah SWT (QS Thaha: 121 ).
Nabi Adam tertipu dengan kebohongan dan keraguan yang senantiasa dihembuskan oleh Iblis kepada Nabi Adam. Dengan memakan buah yang dilarang oleh Allah SWT, Nabi Adam pun dikeluarkan dari dalam Surga. Inilah hoax yang pertama dalam sejarah awal kehidupan manusia. Dan sejak kejadian ini, jadilah Iblis menjadi musuh anak manusia di muka bumi ini dan senantiasa mencari temannya dari golongan kafirin dan munafiqinsampai dunia ini Kiamat. Kebohongan yang dilakukan orang orang munafik pernah terjadi pada masa Rasulullah SAW.
Adalah peristiwa hadis al ifki/berita bohong yang dituduhkan kepada Istri Nabi Muhmmad SAW ummul mukminin Aisyah Radhiallahuanha dengan Shafwan bin Mu’aththl as-sulami yang pulang berdua dari perang Bani Musthaliq karena Aisyah tertinggal dari rombongan. Setibanya di Madinah Pimpinan orang munafik Abdullah bin Ubai bin Salul menyebarkan hoax/fitnah kapada masyarakat Madinah. Aisyah ummulmukminin difinah dengan tuduhan keji yang tidak sewajarnya diarahkan kepada istri Nabi Muhammad SAW.
Hampir satu bulan hoax tersebut berkembang di tengah masyarakat. Sampai-sampai Allah SWT memberi ultimatum akan memerangi orang munafik agar berhenti dari kebohongan, Allah SWT berfirman: Sesungguhnya jika tidak berhenti orang-orang munafik, orang- orang yang berpenyakit dalam hatinya dan orang-orang yang menyebarkan kabar bohong di Madinah (dari menyakitimu), niscaya Kami perintahkan kamu (untuk memerangi) mereka, kemudian mereka tidak menjadi tetanggamu (di Madinah) melainkan dalam waktu yang sebentar, dalam Keadaan terlaknat. Dimana saja mereka dijumpai, mereka ditangkap dan dibunuh dengan sehebat-hebatnya (QS Al-Ahzaab : 60-61).
Akhirnya Allah SWT membersihkan Ummul mukmnin dari tuduhan tersebut dengan menurunkan wahyu atas kesucian Aisyah. Kisah tersebut diceritakan panjang lebar dalam surah An Nur ayat 11 sampai ayat 11. Dan dengan turun ayat yang membersihkan Aisyah dari tuduhan maka derajat Aisyah semakin terhormat. Hoax kaum munafiqin yang tersebar keseluruh masyarakat Madinah ketika itu menyebabkan hubungan antara masyarakat Muslim Madinah menjadi tidak stabil.
Hubungan keluarga di rumah tangga Abu Bakar Siddik dengan pembantunya sendiri pun terganggu. Sampai-sampai Abu Bakar bersumpah untuk tidak mau memberi nafkah kepada kaum kerabatnya, orang orang miskin dan orang Muhajirin. Allah SWT berfirman dan memberikan teguran: janganlah sampai orang yang memiliki kelebihan bersumpah untuk tidak memberi nafkah kepada kaum kerabat, orang miskin, dan orang muhajirin. Hendaklah mereka memaafkan, berlapang dada tidakkah kamu suka bahwa Allah memberi keampunan kepadamu, dan Allah Maha pengampun dan Maha penyayang. (QS. An Nur: 22).
Namun di balik kejahatan hoax tersebut ada sisi positif yang dapat dijadikan pelajaran oleh kaum Muslimin. Bahkan hoax mengandung pelajaran yang berharga bagi orang beriman. Allah SWT berfirman: Sesungguhnya orang yang membawa berita bohong tersebut itu adalah dari golonganmu juga, jangan kamu kira berita bohong itu membawa akibat buruk bagimu, tetapi ada kebaikan di dalamnya untukmu, setiap orang akan mendapat hukuman dari dosa yang diperbuatnya… (QS. An Nur: 11).
Di antara kebaikan atau sisi positif yang terdapat dalam setiap hoax yang dihembuskan kepada umat Islam adalah, agar umat Islam berpikir tenang tidak bertindak gegabah. Jika hoax sering diarahkan kepada umat Islam dan sering pula dihadapi dengan cara yang santun dan pada gilirannya akan membentuk karakter yang tenang dan santun. Karena itu umat Islam jika mendapat berita dianjurkan untuk bersikap teliti dari mana sumber berita apalagi bersumber dari orang fasik.
Penyebaran berita-berita tanpa mengecek kebenarannya terlebih dahulu terlarang dalam syari’at, serta dibenci menurut tabi’at dan tradisi. Sungguh betapa banyak penyebaran berita yang kosong dari bukti kebenarannya telah menimbulkan kemudharatan yang besar, dan melahirkan keburukan yang besar. Karenanya datang larangan yang tegas dalam menyebarkan suatu berita yang seorang Muslim tidak memiliki sandaran yang menunjukkan kebenarannya serta dasar yang benar dalam menyebarkannya.
Allah SWT berfirman: Wahai orang-orang beriman jika datang orang fasik membawa berita maka lakukan tabayyun/klarifikasi (QS. Al Hujurat: 6). Wallahu ‘alamu Bishawab.
Oleh: H. Muhammad Nasir Lc, MA (Pimpinan Pondok Pesantren Tahfiz Alquran Al Mukhlisin Batubara dan Wakil Sekretaris Dewan Fatwa Pengurus Besar Al Washliyah)