MENARAnews, Jakarta – Jaringan Aksi Lawan Ahok (JALA) merapatkan barisan kelompok anti Ahok, Rabu (9/11). Diskusi dan konsolidasi JALA bertemakan “Negara dalam Keadaan Darurat, Jika Hukum Tidak Ditegakkan Terhadap Ahok” digelar di Posko JALA, Jln. Guntur 49, Setiabudi, Jakarta Selatan.
Diskusi dan konsolidasi tersebut membahas tentang permasalahan kurang tegaknya hukum terhadap Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Bukan hanya pada kasus dugaan penistaan agama Islam, melainkan juga pada kasus-kasus lainnya seperti kasus RS Sumber Waras dan reklamasi Teluk Jakarta.
Sri Bintang Pamungkas mengatakan bahwa aksi pertama terkait kasus dugaan penistaan agama oleg Ahok terjadi pada 14 Oktober 2016. Saat itu, dinyatakan bahwa apabila tidak mendapat respon dari pemerintah, aka nada aksi serupa pada 21 Oktober 2016, dan apabila tidak mendapatkan respon juga, akan digelar aksi 28 Oktober 2016. Namun, tiba-tiba ada seruan untuk aksi 4 November 2016 karena bertepatan dengan adanya kapal militer Cina yang merapat ke Indonesia. Aksi 4/11 merupakan aksi untuk menuntut keadilan akan penegakan hukum penistaan agama yang merujuk pada langkah antisipasi penguasaan negara Indonesia oleh asing dan aseng.
“Demonstrasi yang terjadi pada 4 November 2016 lalu bukanlah mengandung unsur suku, agama, ras dan antar golongan (SARA), melainkan untuk menuntut keadilan hukum terhadap Ahok yang dinilai telah menistakan agama Islam.” Ucap Tokoh Laskar Luar Batang, Nur Hidayat Assegaf (9/11).
Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa Ahok telah berhasil lolos dari keadilan hukum dalam kasus-kasusnya sebelumnya. Dalam melaksanakan tugasnya, Ahokpun tidak adil. Ia memerintahkan untuk membongkar rumah-tumah yang telah bersertifikat di Pasar Ikan, sedangkan saat rumah-rumah Cina akan dihancurkan, ia marah.
Senada dengan Nur Hidayat Assegaf, Agung (Budayawan dan Seniman Jakarta) mengatakan bahwa aksi 4 November 2016 bukanlah Aksi SARA yang anarkis.
Dalam kesempatan yang sama, Teuku Syeqi (Mantan anggota Gerakan Aceh Merdeka/GAM) menekankan bahwa melawan untuk kebenaran tidak harus dengan senjata, namun cukup dengan kebersamaan yang berhasil menciptakan people power. (RIO)