MENARAnews, Banjarmasin (Kalsel) – Kenaikan harga batubara diprediksi tidak akan berlangsung lama akibat beberapa faktor, seperti penurunan harga minyak dunia, yang juga turut mempengaruhi penurunan harga komoditi primer, sementara sedang terjadi resesi ekonomi global. Disamping itu, kebutuhan batubara Tiongkok mayoritas distok dari Mongolia. Disisi lain, permintaan batubara dari beberapa negara yang memasuki musim dingin akan menurun seiring perubahan musim.
“Kenaikan harga batubara tidak terlalu signifikan meskipun terus meningkat sejak pertengahan Juni 2016. Realisasi ekspor batubara dari Prov. Kalsel pada Juli 2016 sebesar 8.856.647.755 kg dengan nilai sebesar 301.330.627,25 Dollar Amerika Serikat. Negara utama tujuan ekspor batubara diantaranya Tiongkok, Singapura, India, dan Jepang,” tutur Kabid Daglu Disperindag Kalsel, Selasa (25/10/2016) di Banjarmasin.
Sementara itu, harga minyak sawit mentah/CPO (Crude Palm Oil) stabil di kisaran US$ 700/ton. Harga CPO sulit naik akibat adanya sentimen/kampanye negatif dari LSM Internasional, khususnya dari Eropa dan Amerika, yang menyatakan bahwa CPO asal Indonesia tidak ramah lingkungan. Oleh karena itu, CPO dikirim ke luar Eropa dan Amerika, seperti Tiongkok, India, dan Timur Tengah. Hal yang sama juga terjadi pada komoditas rumput laut.
“Turunnya harga minyak dunia menyebabkan penurunan harga komoditas karet dan memicu peningkatan produksi karet sintesis. Disamping itu, meningkatnya pasokan komoditas karet dari negara diluar International Tripartite Rubber Council (ITRC), seperti Vietnam, Laos, Kamboja, juga menyebabkan oversupply di pasar internasional yang tentunya berdampak pada penurunan harga karet,” katanya.
“Kita berharap pembangunan industri hilir dapat diselesaikan dengan cepat sehingga komoditas mentah/bahan baku dapat diolah didalam negeri tanpa bergantung pada pasar luar negeri” tutupnya. (FS)
Editor : Hidayat