MENARAnews, Palangka Raya (Kalteng) – Berdasarkan informasi data terakhir yang dimiliki Pemerintah Daerah melalui Dinas Pertanian dan Peternakan Provisi Kalimantan Tengah, tidak ada Desa di Kabupaten seperti Kabupaten Kapuas, Desa Lupak, dan Kabupaten Pulang Pisau, Desa Sebangai Kuala yang terancam gagal panen, bahkan sampai pada tingkat terancam kekurangan makanan.
Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Kalteng, Tute Lelo melalui Kepala Bidang Pengembangan Produksi Tanaman Pangan, Muhajirin Akbar ketika dikonfirmasi Menaranews terkait adanya situasi tersebut menjelaskan, berdasarkan data hasil rekapitulasi mingguan yang dilaporkan dari masing-masing petugas BPTP yang sudah ditempatkan, belum ada terkait adanya data yang mengarah gagal panen.
“Sampai dengan posisi laporan sekarang, belum ada petugas-petugas yang melaporkan adanya kejadian gagal panen. Keterkaitan larangan membakar lahan, petani berladang yang ada di Kabupaten Kapuas tidak ada yang membuka lahan yang masih kondisi hutan, tapi lahan yang sudah eksisting,” jelas Muhajirin, Senin (3/10) di Palangka Raya.
Dirinya tidak menepis jika terjadi penurunan produksi tahun ini, karena imbas larangan membuka ladang dengan cara membakar. Solusi terkait persoalan tersebut bisa bermacam-macam ujarnya lagi, bisa melalui peyiapan alat dekompuser atau mesin pengurai tanah atau menggunakan alat berat seperti traktor dan lain sebagainya.
Untuk para petani berladang yang khusus membuka lahan baru, terang Muhajirin kembali, Pemerintah Daerah untuk saat ini masih belum ada teknologi terkait hal itu, terutama teknologi yang bisa menjadikan batang-batang kayu tumbang di area lahan yang sudah ditebang dengan maksud dijadikan sebagai pupuk.
“Kalau sekarang ini kan kebayakan petani ladang, berladang di lahan yang sudah digarap atau ditanam sebelumnya, sehingga tidak mungkin ada tegakan kayu-kayu yang besar tumbuh di ladang sehingga harus dibakar atau ditebang kembali. Terkecuali membuka ladang perkebunan pasti membuka lahan baru,” ujarnya kembali.
Dijelaskanya lebih dalam lagi, jika dilihat hasil produksi padi pertahun dengan jumlah penduduk, ujarnya masih bisa memenuhi kebutuhan beras di Kalteng bahkan melebihi. Apalagi kondisi tanam untuk tahun ini berada di bulan Agustus-September 2017 nanti.
Disisi lain, Kepala Seksi Bidang Pengembangan Priduksi Tanaman Pangan Dinas Pertanian Kabupaten Kapuas, Edy L Dese menyampakan, berdasarkan informasi laporan data terkahir tidak ada menunjukan adanya gagal panen di sebuah wilayah.
“Informasi dari lapangan, memang untuk produksi gabah ditingkat petani jika dibandingkan produksi tahun berikutnya memang terjadi penurunan, cuma tidak juga terlalu signifikan. Dan belum ada data sampai ke tingkat gagal panen,” jelas Edy L Dese.
Terkait informasi perolehan data dilapangan, sejauh ini pihaknya selalu melakukan koordinasi dengan petugas-petugas yang berada dilapangan. Dan hal ini selalu di lakukan komunikasi dan koordinasi dengan petugas.
Menangapi adanya potensi terjadinya gagal panen di du Kabupaten tersebut, Disisi lain, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Provinsi Kalteng, Susilawati selaku koordinator di Kabupaten Kapuas ini menyampaikan, wilayah Desa Lupak sudah termasuk pada index pertanaman dengan masa tanam dua kali setahun.
“Saya menyampaikan, tidak ada desa yang tidak berproduksi, yang pasti kalau saya boleh katakan, ketika kita mengalami musim kekeringan di bulan Juni panjang, di daerah desa lupak hanya terjadi intrusi air asing sehingga beberapa petani yang mulai menanam gagal, artinya gagal semai saja,” ujarnya menambahkan.
Bahkan dengan kondisi iklim yang normal seperti curah hujan ada atau lain sebagainya, pihaknya sudah mengganti beberapa kali bibit yang gagal ditanam atau disemaikan. Terangnya kembali, jika ada petani yang mengatakan bahwa itu gagal, bukan berati gagal untuk panen, dan tanaman yang rusak, sudah digantikan.
Dijelaskanya kembali, untuk desa lupak sendiri situasinya saat ini baru selesai masa panen di bulan Agustus 2016 kemarin. Bahkan dia meyakini selama Kalteng sendiri masih memproduksi beras, tidak ada istilah kelaparan atau kekurangan makanan.
“Coba lihat daerah Kabupaten Kapuas, berapa hasil gabah produksi petani yang dilarikan ke wilayah Banjarmasin. Artinya stok untuk dijual masih ada, kalau keparan itu, jika tidak ada barangnya dan ada uangnya. Ini enggak,” tegasnya. (arli)
Editor: Hidayat