MENARAnews, Jambi – Bank Indonesia Perwakilan Jambi melaksanakan Rapat Kebijakan High Level Meeting Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Prov. Jambi di Ruang Rapat Lako Kajang Kantor BI Jambi, pagi tadi (10/8/2016). Rapat ini dipimpin oleh Poltak Sitanggang, Deputi Kepala Perwakilan BI Perwakilan Jambi, sebagai tindak lanjut dari arahan Presiden dalam Rakornas VII TPID di Jakarta pada 4 Agustus 2016 lalu.
“Apabila dibandingkan dengan angka inflasi nasional, inflasi jambi masih lebih tinggi yakni 2,47 persen (ytd) sedangkan nasional 1,76 persen (ytd),” ujar Poltak dalam paparannya.
Inflasi di Kota Jambi didominasi komoditas volatile food yaitu daging ayam, kentang, bawang merah. Selain itu, inflasi juga bersumber dari komoditas administered price seperti kenaikan harga rokok kretek filter dan angkutan udara. Sedangkan inflasi Kab. Bungo juga relatif terkendali, dengan angka inflasi sebesar 0,98 persen (mtm), 2,26 persen (ytd) dan 3,49 persen (yoy). Angka inflasi di Bungo didominasi oleh komoditas administered pride, yaitu tarif travel dan rokok kretek filter. Selain itu juga dari komoditas volatile food seperti bawang putih, bawang merah, ketimun dan jengkol.
“Kedepannya diprediksikan Kota Jambi akan mengalami inflasi yang cukup rendah pada agustus 2016 pada kisaran -0,07 persen s.d 0,43 persen (mtm),” tambahnya.
Adapun faktor yang mempengaruhi inflasi pada Agustus 2016 antara lain, proyeksi kenaikan harga pangan (bawang, daging ayam ras), dan kenaikan harga gula pasir karena minimnya pasokan.
Selanjutnya adapun faktor resiko yang dapat mendorong kenaikan inflasi melebihi proyeksi yaitu, adanya nomali cuaca seperti el nino dan curah hujan yang cukup tinggi memberikan dampak buruk bagi produksi holtikultura dan perikanan budidaya. Sehingga diperlukan beri edukasi dan sosialisasi cara menanggulangi permasalahan anomali cuaca di daerah. Selanjutnya adanya rencana kenaikan tarif listrik, pengalihan pelanggan listrik 900 VA ke 1300 VA untuk mengurangi beban dan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). (DU)