MENARAnews, Medan (Sumut) – Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) Sumut membeberkan hasil investigasi terkait konflik berbau SARA di Tanjung Balai pekan lalu.
Konflik di Tanjung Balai terjadi bukan sekedar disebabkan pelarangan kegiatan ibadah. Itu disampaikan oleh staff advokasi KontraS Sumut Ronald Syafriansyah.
“Sesuai investigasi kami di sana, banyak faktor yang melatarbelakanginya. Jangan dipandang hanya karena masalah adzan,” ujarnya.
Lebih lanjut, Ronal mengatakan kalau seebnarnya awal mula konflik sudah ada sejak lama. Kesenjangan sosial yang telah lama, begitu mudah dipantik oleh isu yang sensitif.
“Faktor-faktor yang melatarbelakangi konflik berbau SARA tersebut justru sudah ada sebelum terjadi pembakaran vihara. Seperti kesenjangan sosial, ekonomi, dan kemananan,” jelasnya.
KontraS juga menilai pemerintah kurang sigap dalam emncegah potensi konflik. Tak hanya itu, polisi juga telah dianggap Alpha dalam menjalankan tugas sebagai pengayom masyarakat dan membaca potensi konflik.
“Telah terjadi kealphaan aparat kepolisian dan pemerintah dalam melihat potensi konflik yang ada. Pemerintah dalam hal ini tidak tegas mengeluarkan kebijakan yang dapat mengantisipasi konflik sosial,” pungkasnya. (Yug)