MENARA news, Palembang (Sumsel) – Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) RI bekerjasama dengan Asosiasi Studi Wanita, Gender, dan Anak Indonesia (ASWGI) mengelar rapat kerja dan temu Ilmiah di Provinsi Sumatera Selatan untuk membahas dan mengkaji secara Ilmiah kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak yang sampai saat ini kerap terjadi di tanah air.
Kegiatan yang melibatkan Universitas Sriwijaya dan UIN Raden Fatah Palembang ini, merupakan yang kedua setelah sebelumnya dilaksanakan di Surabaya, membahas tentang berbagai topik di antaranya perkawinan anak, kekerasan terhadap perempuan dan anak, kesenjangan dan kesetarana gender, serta berbagai topik lainnya.
Dihadiri 34 Kepala Badan PPPA dari seluruh Provinsi se-Indonesia, rapat kerja dan temu Ilmiah dibuka langsung Menteri PPPA RI Yohana Susana Yembise di Griya Agung Palembang, Rabu malam (24/8).
Turut hadir pada acara pembukaan, Wakil Gubernur Sumsel Ishak Mekki, dan Ketua ASWGI Ermi Susanti
Yohana Susana Yembise mengatakan, melihat kekerasan terhadap perempuan dan anak bagai fenomena gunung es. Pasalnya, sampai saat ini masih banyak kasus kekerasan perempuan dan anak yang tersembunyi di masyarakat.
Menurut Menteri asal Papua ini, untuk mengatasi semua ini perlu dilakukan banyak kajian agar nantinya dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam mengeluarkan kebijakan.
Upaya yang dilakukan, kata Yohana Susana Yembise, Kementrian PPPA sedang menyusun draft rancangan Undang-Undang tentang pengasuhan keluarga yang lebih menekankan pada ketahanan keluarga dimana keluarga sebagai kunci dari pencegahan kekerasan terhadap perempuan dan anak.
“Kasus kekerasan yang menimpa anak saat ini masih cukup banyak, dimana ada perempuan dan anak resiko kekerasan pasti ada,” ungkapnya.
Wakil Gubernur Sumsel Ishak Mekki menilai, masih maraknya kekerasan terhadap perempuan dan anak dapat terjadi karna berbagai faktor salah satunya kwalitas Sumber Daya Manusia (SDM), faktor ekonomi serta berbagai faktor penyebab lainnya.
Dalam meningkatkan kwalitas SDM di Sumsel, kata Ishak Mekki, Pemerintah Provinsi Sumsel terus berupaya dengan memberikan perhatian penuh terhadap dunia pendidikan agar bagaiman SDM di Sumsel mulai dari anak-anak jangan sampai putus sekolah
“Salah satu alasan pendidikan menjadi prioritas utama di Sumsel untuk meningkatkan kwalitas SDM, berbagai program dibidang pendidikan diluncurkan mulai sekolah hingga kuliah gratis,” terang Ishak.
Lanjut Ishak Mekki menambahkan, terkait kesetaraan gender, di Sumsel sudah berjalan sangat baik, dapat dilihat dari berbagai jabatan strategis di lingkup Pemprov Sumsel sudah di isi oleh kaum perempuan.
Menurut Ishak, melalui kegiatan ini dapat menghasilkan formula baru dalam mengatasi permasalahan kekerasan terhadap perempuan dan anak yang nantinya direkomendasikan kepada pemerintah mulai dari kementrian sampai Badan Pemeberdayaan Perempuan dan Perlindungan anak di tingkat Provinsi.
“Termasuk masalah anggaran juga bisa di bahas bersama disini, bagaimana agar bisa ditingkatkan untuk mengatasi permasalahan ini,” ujar Ishak Mekki.
Sementara, Kepala Badan PPPA Provinsi Sumsel Susna Sudarti mengungkapkan, Kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak di Sumsel masih cukup tinggi dan meningkat dibandingkan tahun 2015 lalu dengan jumlah laporan sebanyak 586 kasus.
“Kasus di dominan kekerasan terhadap anak walaupun ada juga beberapa kasus akibat perebutan anak karena perceraian, kalau kita lihat selama enam bulan kebelakang jumlahnya masih cukup tinggi,” pungkasnya. (AD)