MENARAnews, Tarakan (Kaltara) – Seakan tidak bisa lepas dari rahasia publik, sorotan terkait seringnya dijadikan tempat transaksi Narkotika bahkan menjadi tempat bersarangnya bandar besar. Lapas kelas II A Kota Tarakan hingga buta langkah dalam menekan angka predaran narkotika didalam kawasan otoritasnya.
Hal tersebut, disampaikan Kepala Lembaga Permasyarakatan (Lapas) kelas II A kota Tarakan Fernando Kloer. Bc, Ip, SH. Ia menjelaskan dari 864 warga binaan lapas sebanyak 600 lebih merupakan kasus narkotika. Melihat angkat tersebut dibandingkan dengan petugasnya yang hanya bersekitaran 50 orang tidaklah masuk akal dan sebanding. Ditambah lagi dengan fasilitas serta sarana-prasarana yang masih sangat minim. Mulai dari pintu yang terbuat dari kayu, dinding tembok yang rendah, tidak adanya pendeteksi narkotika, serta tidak adanya penjagaan dimenara pemantau, membuat narkotika mudah untuk untuk dilempar masuk kedalam lapas.
“Kita bisa lihat sendiri, lapas ini sangat miskin dan minim dibandingkan lapas-lapas lain yang ada di Indonesia. Bahkan saat ini, Provinsi Kaltara dinobatkan sebagai daerah kedua tertinggi peredaran narkotikanya di Indonesia setelah Medan”, ungkap Fernando kepada Menaranews.com saat ditemui diruang kerjanya (10/08/2016)
Fernando menambahkan, wajar saja para pengedar yang dilakukan oleh bandar didalam dapat leluasa masuk dan keluar bertransaksi dengan bebas.
“Diawasi aja kadang ngelakui, apalagi nda diawasi, lihat sendirikan kita tidak ada fasilitas yang mempuni, minimnya jumlah SDM jadi wajar saja”, lanjut Fernando.
Ia juga mengungkapkan, pihaknya telah bosan mengajukan bantuan baik kepada pemerintah daerah, provinsi maupun pusat. Terbukti hingga saat ini belum ada balasan pasti ataupun bantuan dukungan lainnya. (Pras)
Editor: Noventar