MENARAnews, Pandeglang (Banten) – Universitas Mathlaul Anwar (UNMA) menggelar Seminar Internasional dengan mengusung tema Peran Organisasi Islam Dalam Mengembangkan Pendidikan. Seminar tersebut dihadiri oleh para pakar intelektual dari beberapa negara diantaranya Rektor UNMA Banten Prof. DR. H. M. Bambang Pranowo, Principal Consultant at Madrasah Al -Irsyad Al Islamiyah Singapura Damanhuri Abbas, Perwakilan Universitas Sains Islam Malaysia (USIM) Prof. Yahya, Perwakilan USIM Prof. Yusuf Khalid dan lain-lain. Kegiatan tersebut diselenggarakan di Aula Kampus FKIP UNMA Banten (20/08/2016).
“Pendidikan tinggi Islam di Indonesia masih tertinggal daripada pendidikan umum yang ada di Indonesia,” ungkap Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan UNMA Dr. Ali Nurdin saat menyampaikan paparannya.
Ia menuturkan, strategi dalam menghadapi modernisasi dilakukan dengan cara meningkatkan kualitas sumber daya manusia dengan cara pengembangan kualitas pendidikan dan penembangan aktivitas mahasiswa. Selain itu, pengembangan kemampuan penelitian kemudian mempublikasikannya melalui jurnal dan sebagainya.
Salah satu akademisi UNMA Prof. Fahrurrozi mengatakan bahwa Pendidikan di Indonesia masih memiliki banyak masalah diantaranya kualitas Sumber Daya Manusia (SDM).
Fahrurozi melanjutkan, salah satu komponen untuk memajukan suatu bangsa adalah pendidikan, komponen pendidikan tidak akan berkembang jika tidak ada tenaga pendidikan yang berkualitas.
“Ulama memiliki pengaruh sosial yang cukup tinggi dalam suatu masyarakat, terutama di Banten. Sebaliknya, jika modernisasi yang diterapkan dalam suatu masyarakat maka pengaruh ulama akan semakin berkurang” terang salah satu Dosen UIN Jakarta Dr. Marhamah dalam paparannya.
Di tempat yang sama, Perwakilan PERSIS Bandung Heri Muhammad menyampaikan hasil penelitiannya di Sukaresmi Kabupaten Garut, PERSIS telah meneliti 5.793 responden di 5 desa di Sukaresmi dan diantara hasilnya adalah masih ada masyarakat yang buta aksara dan sekitar 20 persen masyarakat yang memiliki penghasilan dibawah 250 ribu per bulan.
Selain itu, lanjut Heri, Penceramah di Masjid Sukaresmi wajib menggunakan Bahasa Arab sehingga menyebabkan para jemaah tidak mengerti apa yang disampaikan oleh penceramah.
“Untuk menyikapi hal tersebut, Peran PERSIS dalam mengatasi Buta Aksara adalah selama 2 tahun bekerja sama dengan Muhammadiyah dan NU untuk melakukan pembinaan hingga hal-hal yang bersifat administrasi. Diantara pembinaan yang dilakukan adalah mendirikan Persatuan Islam Brings of Literacy Compaign Praktice, membuat program sosialisasi literasi, sekolah ibu dan Saung Baca, komunitas mengeja, Kampung Membaca, Majelis Taklim, Olimpiade Literasi, Madrasah, dan Posyandu Islam”, tutupnya. (Az)
Editor: Irdan