MENARAnews, Medan (Sumut) – Bagian Hukum Kabupaten Serdang Bedagai bekerjasama dengan Badan Pemberdayaan Perempuan, Anak dan KB Pemkab Serdang Bedagai, PUSHAM UNIMED, HaRI (Hutan Rakyat Institut), Fitra Sumut, BAKUMSU, SOI, dan Perempuan Indonesia Berbagi menyelenggarakan kegiatan bersama dalam memperingati HaRI Anak Nasional 2016.
Kegiatan tersebut dibingkai melalui Seminar Nasional dengan tema ‘Sekolah Ramah Anak di Kabupaten Serdang Bedagai’ yang akan diselenggarakan pada Senin (22/8/2016) di Aula Sultan Serdang, Sei Rampah, Kabupaten Serdang Bedagai.
Bagian Hukum Setdakab Serdang Bedagai Fery Apriansyah Pohan sampaikan bahwa Fakta dunia pendidikan di Indonesia dalam lima tahun terakhir diwarnai oleh berbagai tindak kekerasan yang terus terulang dan dialami oleh anak atau siswa, baik dilakukan oleh guru/tenaga pendidik maupun oleh siswa sendiri.
Kekerasan tidak hanya dalam bentuk fisik tapi juga psikhis dan seksual, baik dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Data KPAI menunjukkan bahwa kekerasan terhadap anak meningkat setiap tahunnya. Data 2011 sebanyak 4.356 kasus, 2012 sebanyak 7.024 kasus, 2013 sebanyak 8.622 kasus, 2014 sebanyak 10.132 kasus, 2015 sebanyak 8.618 kasus.
KPAI menyebutkan bahwa ruang pendidikan masih menempati nomer 3 kategori tempat rentan di mana terjadi kekerasan terhadap anak, setelah ruang penegak hukum dan keluarga”.
Wina Khairina selaku peneliti HaRI sebut bahwa banyak sekolah masih belum menjadi tempat yang aman dan ramah bagi anak. Pola-pola pembelajaran yang mengedepankan kekerasan karena alasan untuk mendisiplinkan masih menjadi cara yang dilakukan oleh tenaga pendidik.
“Anak yang masih belum dewasa masih dalam pencarian identitas diri. Keinginan yang tinggi untuk diakui keberadaanya dan didengar oleh lingkungan sekitar, masih belajar dari meniru dan menduplikasi contoh sosok guru / pembimbingyang di lihatnya, maupun menyerap informasi yang di perolehnya membutuhkan ruang yang aman dan ramah bagi anak,” ujar Wina.
Tuntutan menciptakan generasi muda yang mampu memenuhi tuntutan global seperti SDGs mengharuskan dunia pendidikan khususnya sekolah untuk lebih inklusif (melibatkan)Â siswa dan membekali siswa bukan hanya aspek keilmual saja, namun juga membekali dengan karakter dan nilai-nilai nasionalis, toleransi, non diskriminasi, anti kekerasan dan saling menghormati bukan hanya guru dan orang tua, tetapi juga rekan sebayanya. Karenanya mendorong tersedianya Sekolah Ramah Anak atau Child Friendly School (CSF) ini adalah tanggung jawap pemerintah yang harus didukung para pihak”.
Untuk mendiskusikan hal tersebut, Rurita Ningrum (Direktur Fitra Sumut) menyampaikan bahwa kolaborasi kegiatan ini menjadi sangat penting. Melalui kegiatan ini, tersedia ruang bagi apresiasi dan testimoni atas 10 sekolah yang sudah di inisiasi oleh Pemkab Serdang Bedagai menjadi Sekolah Ramah Anak di Serdang Bedagai.
“Penting juga ada ruang bersama bagi para pihak baik Pemkab, Legislatif, Sekolah, NGO untuk mendiskusikan, menyediakan dan melanjutkan pendidikan yang ramah anak di Serdang Bedagai. Harapannya melalui kegiatan ini akan ada kesadaran pemerintah secara lebih luas dalam menyelenggarakan pendidikan berbasis HAM di sekolah-sekolah di Sumatera Utara. Kita bisa belajar dari model yang di kembangkan oleh Pemkab Serdang Bedagai,” kata Rita. (Ded)