MENARAnews, Banda Aceh (Aceh) – Perdamaian di Aceh yang sudah memasuki usia 11 tahun, 15 Agustus 2016, masih menyisakan beberapa persoalan yang penyelesaiannya menjadi tanggung jawab seluruh elemen masyarakat. Hal itu menjadi pembahasan dalam diskusi bertema Merajut Aceh dalam Damai yang diadakan atas kerja sama Djati FM dengan Dishubkomintel Aceh, (19/8).
“Damai itu bukan hanya penghentian kontak senjata,” ujar Iskandar Usman Al Farlaky yang menghadiri acara diskusi sebagai perwakilan dari Anggota DPRA.
Secara umum, menurutnya, masyarakat Aceh sudah merasakan damai dengan tidak ada lagi kekerasan.
“Buktinya, kita bisa duduk santai di warung kopi, kuliah juga bisa dilanjutkan lagi,” ungkapnya.
Namun demikian, proses damai tidak berhenti cukup dengan hal-hal tersebut. Masih banyak PR yang harus diselesaikan oleh seluruh masyarakat Aceh, baik eksekutif maupun legislatif.
“Itu merupakan tugas kita semua, pemerintah dituntut untuk membuat sebuah master plan,” pungkasnya.
Iskandar Usman Al Farlaky juga menambahkan, saat ini, pembangunan Aceh tidak terpola sama sekali dengan jumlah angka pengangguran yang tetap dan investasi hampir gagal.
“Semua kita salah, tidak bisa kita salahkan satu atau dua orang. Maka bagaimana niat kita semua untuk mendorong kemajuan Aceh,” tuturnya.
Acara diskusi yang juga menghadirkan narasumber dari Kepolisian dan TNI ini mendapat banyak respon dari kalangan pemuda, LSM, maupun akademisi. (AM)