MENARAnews, Jakarta Timur (DKI Jakarta) – Sinergi antara aparat keamanan dan tokoh agama merupakan salah satu kekuatan besar untuk menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hal ini dikarenakan peranan tokoh agama terutama ulama memiliki peran penting.
“Peranan para ulama sangat penting dalam menjaga keutuhan NKRI, untuk itu kami titipkan keutuhan NKRI kepada ulama,” ungkap Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo saat menghadiri Muktamar III Wahdah Islamiyah di Asrama Haji Pondok Gede.
Panglima TNI mengakui bahwa saat ini Bangsa Indonesia diterpa banyak ancaman. “Ancaman bangsa saat ini sungguh luar biasa sehingga dibutuhkan sinergitas TNI, rakyat, ulama dan santri untuk menghadapi ancaman tersebut,” pungkasnya.
Ia menjelaskan, situasi keamanan Indonesia juga merupakan tanggung jawab para ulama karena yang mampu kembalikan jati diri Bangsa Indonesia adalah para ulama.
Panglima mendukung pernyataan tersebut dengan memberikan contoh Perlawanan arek-arek Suroboyo dalam Peristiwa 10 November 1945.
Beberapa tahun silam, K. H. Hasyim Asy’ari mengeluarkan fatwa tentang kewajiban untuk mengangkat senjata dalam mempertahankan kemerdekaan, bahkan yang memimpin serangan 10 November adalah seorang Kiyai dari Jawa Barat, yaitu K.H. Abbas bin Abdul Jamil.
Pada awalnya, penyerangan direncanakan tanggal 9 November, tetapi karena menunggu kedatangan Kiyai Abbas dari Jawa Barat melalui kereta, serangan baru dapat dilakukan sehari setelahnya, yakni 10 November. Atas kejadian tersebut, fatwa K. H. Hasyim Asy’ari kini dikenal sebagai resolusi Jihad Hasyim Asy’ari.
Di tempat yang sama, pernyataan panglima TNI tersebut didukung oleh Ketua Umum Wahdah Islamiyah, Ustaz Muhammad Zaitun Rasmin, pihaknya berharap semoga hal ini menjadi bekal untuk para Dai dan ulama seluruh Indonesia. Wahdah Islamiyah sendiri telah menyatakan komitmen untuk menjaga keutuhan NKRI tercinta, sebagaimana yang tercermin dalam tagline Muktamar III, Sejuta Cinta Untuk Indonesia. (IY)