MENARAnews, Kab. Mukomuko (Bengkulu) – Petani di Kec. Air Manjunto lebih memilih menjual gabah kering ke tengkulak dibandingkan ke Bulog. Alasannya, tengkulak berani membeli diatas harga pembelian pemerintah (HPP) yang digunakan Bulog.
Hal tersebut disampaikan A. Sulistyanto (Kepala Balai Penyuluh Kecamatan/BPK Air Manjunto yang juga merangkap Kcd. Pertanian) saat ditemui MENARAnews.
“Petani disini jualnya tinggi, bisa sampai Rp4.250/kg untuk gabah kering, jauh dari harga Bulog sekitar Rp3.750/kg” ujarnya.
Ia mengatakan, harga tersebut merupakan hasil kesepakatan petani dengan para tengkulak karena menilai kualitas gabah di wilayah Kec. Air Manjunto pantas dengan harga tersebut.
Saat masa panen, tuturnya, truk-truk tengkulak bahkan sudah bersiap di sekitar sawah petani sebelum petani menyelesaikan panennya.
“Kalo panen, truk tengkulak pasti sudah ada di sekitar sawah petani, mereka sudah tahu waktunya” katanya
Mayoritas hasil gabah tersebut dibawa ke Sumatera Barat karena akses jalan yang lebih baik dibandingkan ke Bengkulu.
Sebelumnya, Bulog pernah mendirikan penggilingan padi di Desa Pondok Panjang, Kec. V Koto, dengan dana BUMD, untuk menampung gabah dari petani. Akan tetapi, menurutnya penggilingan itu tidak berjalan optimal karena petani lebih memilih menjual gabah ke tengkulak.
Sementara itu, Ia mengatakan, tidak semua hasil panen dijual ke tengkulak. Sekitar 50 ton disimpan di lumbung padi milik kelompok tani untuk cadangan pangan.
“Tidak semua dijual ke tengkulak, sekitar 50 ton biasanya dimasukkan ke lumbung untuk cadangan, nanti saat masa paceklik baru dikeluarkan, tentunya dengan harga yang lebih mahal” jelasnya. (AL) {loadposition media-right}