MENARAnews, Kab. Mukomuko (Bengkulu) – Kabid. Peternakan DP3K Kab. Mukomuko, Jumaidi, menyampaikan harga daging sapi di wilayahnya stabil pada harga Rp120.000,-/kg dan hal itu sudah merupakan hal yang normal.
“Itu normal saja karena biaya produksi ternak sapi disini cukup tinggi” katanya.
Ia menerangkan, mayoritas masyarakat di Kab. Mukomuko dalam beternak menggunakan sistim kandang sehingga biaya pemeliharaan cenderung tinggi.
“Belum lagi upah pekerja disini sangat tinggi” tandasnya.
Menurutnya, harga daging sapi di wilayah ini dapat ditekan seperti cita-cita presiden RI, Joko Widodo. Hal itu dapat dilakukan dengan mendatangkan pasokan daging atau ternak dari daerah lain dan mungkin luar negeri.
Namun, apabila hal tersebut dilakukan maka ia meyakini kondisi itu dapat menghancurkan sektor peternakan sapi di Kab. Mukomuko karena sampai saat ini pasokan daging masih ditopang dari ternak lokal.
“Kalo mau ikut cita-cita presiden, bisa saja harga turun, datangkan saja sapi dari luar kesini, ya tapi resikonya peternak lokal gulung tikar semua karena daging disini seluruhnya dari ternak lokal” jelasnya.
Ia menuturkan, kondisi harga di daerah tidak dapat disamakan dengan harga di kota besar karena faktor yang memengaruhi sangat berbeda.
Selain itu, tingginya harga daging sapi juga dinilai merupakan salah satu pondorong dan perangsang semangat masyarakat untuk beternak sehingga mampu mengangkat perekonomian masyarakat desa.
DP3K melalui Bid. Peternakan terus melakukan kontrol terhadap harga daging sapi di Kab. Mukomuko agar tetap stabil di angka biasanya meskipun pada hari-hari besar keagamaan.
“Kami terus menghimbau kepada pedagang dan peternak supaya tidak menaikkan harga dan tetap di 120 ribu, alhamdulillah mereka mengerti, buktinya saat masuk Ramadhan kemaren harga tidak berubah dan tetap stabil, ada yang sempat naikkan ke 130 ribu, namun itu hanya spekulasi saja, kalau pintar-pintar pembeli bisa dapat 110 ribu kok” jelasnya.
Kalau dari ketersediaan daging sapi, pihaknya tidak khawatir. Namun jika harus menekan harga, hal tersebut dikhawatirkan akan melemahkan pereknomian masyarakat terutama peternak.
Selain itu juga, masyarakat dianggap memiliki daya beli yang tinggi sehingga harga tersebut tidak dipersoalkan dan permintaan daging sapi pun tetap stabil. (AL) {loadposition media-right}