MENARAnews, Jayapura (Papua) – Potret dunia pendidikan di daerah perbatasan Republik Indonesia – Papua Nugini masih memprihatinkan. SD YPK Kampung Skopro Distrik Arso Timur Kabupaten Keerom, 36 siswa dari kampung tersebut belajar hanya dengan dua guru honorer.
Zakarias Kase, guru honorer SD YPK Kampung Skopro mengatakan, dirinya beserta Maikel Rumbarusy telah melakukan kegiatan belajar mengajar kepada anak – anak di kampung tersebut sejak tahun 2008.
“Awalnya pada februari 2008, kami mengajar anak – anak di kampung ini hanya di ruangan atap saja, kemudian setelah kampung ini ada pembangunan kami beralih ke balai desa,” katanya. Senin (2/5/2016).
Dikatakan, meski dalam keterbatasan, siswa didiknya cukup antusias bersekolah.Namun kami masih terkendala dengan fasilitas penunjang belajar mengajar yang saat ini buku dan penunjang lain belum memadai.
“Mereka sangat antusias, orang tua mereka juga mendukung, jadi dari tahun 2008 sampai sekarang minat anak – anak di kampung ini cukup bagus meski fasilitas penunjang belajar mengajar belum memadai,”ujarnya.
Sementara pendeta David Wompere, sebagai tokoh agama setempat, sangat prihatin dengan kondisi pendidikan di daerahnya.
“Saya harap pemerintah daerah peduli dengan masa depan anak – anak di kampung ini, karena disini hanya ada SD, sedangkan tingkat lain tidak ada,” ujarnya.
Selain itu, dirinya prihatin dengan tenaga guru yang mengajar di sekolah tersebut.
“Hanya ada guru honorer, padahal harusnya ada guru yang tetap, namun kayaknya mereka tidak mau mengajar disini, maka kami harap dinas pendidikan melihat guru yang betul – betul mau mengabdikan diri di perbatasan, jangan hanya dijadikan pelarian untuk dapat pekerjaan,” ucapnya.(Surya).
{adselite}