MENARAnews, Medan (Sumut) – Bentrokan hampir saja terjadi di lokasi pembangunan rel ganda Kereta Api di kawasan Jl. Gaharu, Kecamatan Medan Timur, Jumat (1/4/2016). Traktor yang meratakan pemukiman di daerah pinggir rel dihalangi oleh warga yang menolak penggusuran.
Ratusan warga dari Forum Komunitas Masyarakat Pinggir Rel (FK-MPR) menolak rumahnya diratakan menghadang traktor yang sedang bekerja. Mereka membakar ban bekas dan kayu ditengah rel.
Warga membentuk barikade dan menggelar aksi unjuk rasa ditengah rel. Ketua FK MPR Joni M Naibaho dalam orasinya mengatakan mereka hanya menuntut relokasi. Mereka memikirkan nasib anak mereka yang masih bersekolah.
“Tolong kami rakyat miskin ini diperhatikan, kita sama sekali bukan mau menghalangi pembangunan, kami hanya ingin relokasi saja. Berikan tempat kepada anak kami yang masih sekolah. Kalu kami yang sudah tua ini, tidur dibawah kolong jembatan pun jadi,” teriaknya ditengah-tengah aksi masa.
Beberapa warga juga mengaku siap mempertaruhkan nyawa untuk mempertahankan tempat mereka sebelum ada solusi konkrit dari pemerintah. Bagi mereka, uang satu setengah juta yang diberikan oleh PT. KAI sebagai uang ganti rugi, bukan menjadi solusi.
“Uang satu setengah juta mana bisa untuk tempat tinggal, ambil saja lah itu sama PT. KAI, terlalu sulitkah untuk mendengar tuntutan kami, kami siap berdarah jika memang itu yang diinginkan,” ujar seorang ibu-ibu.
Ketegangan sempat terjadi saat beberapa orang Polsuska ingin memadamkan api yang ada di tengah rel. Beruntung bentrokan bisa diredam oleh beberapa koordinator aksi. Kapolsek Medan Timur Kompol Bernard L Malau yang tiba dilokasi juga turut membantu untuk meredam ketegangan. Malau meminta warga untuk menahan diri agar tidak terjadi tindakan yang tak diinginkan.
“Tugas kami disini adalah pelayanan dan pengamanan, Kalau bisa dimohon dengan sangat ini bisa bergeser,” ujarnya.
Warga akhirnya mau diajak bernegosiasi. Dalam negosiasi, warga meminta traktor yang ada di lokasi agar mau bergeser. Denga begitu mereka akan turut bergeser.
“Kami mau bergeser kalau traktor itu berhenti, kami minta penggusuran ditund sementara waktu sampai ada solusi,” katanya.
Beberapa warga bahkan bilang kalau yang lebih cocok untuk memimpin medan adalah Basuki Tjahya Purnama alias Ahok.
“Cocoknya ahok yang dibawa kesini, biar bisa lebih baik dipimpin medan ini,” ujar salah seorang warga ditengah negosiasi.
Sebelumnya pagi tadi juga hampir terjadi bentrokan. Bentrokan dipicu oleh petugas yang tak bisa menunjukkan surat perintah tugas untuk meruntuhkan bangunan.
“Tadi pagi kami tanya surat tugasnya, tapi gak ada yang bisa menunjukkan, hampir bentrok juga tadi pagi bang,” Ujar Gumilar Aditya dari Lembaga Bantuan Hukum Medan.
setelah bernegosiasi Petugas dari PT. KAI Sarman yang ada di lokasi, memastikan kegiatan perataan lahan double track hari ini dihentikan. “Untuk kegiatan hari ini kita berhentikan dulu,” ujar Sarman.
Mendengar itu, massa pun akhirnya membubarkan diri perlahan. Traktor juga ditarik mundur agar tidak memancing amarah warga. (yug)
{adselite}