MENARAnews, Palangka Raya (Kalteng) – Berdasarkan hasil data yang dihimpun oleh Dinas Kesehatan Provinsi Kalteng, ditahun 2014 tercatat sebanyak 85 kasus gizi buruk yang terjadi hampir di setiap kabupaten/kota seKalteng. Sementara di tahun 2015 terjadi peningkatan sebanyak satu kasus.
“Untuk data di tahun 2014 tercatat 85 kasus gizi buruk dengan 8 kasus meninggal dunia, di tahun 2015 tercatat 86 kasus dengan 8 meninggal,” jelas Kabid Bina Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Kalteng, Sopia Wirda saat membuka acara Orientasi Jurnalis Tentang Stanting Dan Sanitasi Senin (07/03/2016) di Hotel Neo Palangaka Raya.
Dia mengatakan, pemerintah daerah sudah melakukan berbagai kegiatan guna menekan angka kasus gizi buruk, diantaranya meningkatkan pengetahuan orangtua dalam memberikan asupan gizi ke anak.Selanjutnya, Pemda juga telah memberikan tambahan makaan di setiap Puskesma yang ada di seluruh kabupaten/kota Kalteng.
Salah satu faktor yang mengakibatkan terjadinya gizi buruk, menurut Wirda adalah kurangnya pendidikan orangtua dalam mengelola makanan dengan baik.
“Memberikan makanan kepada bayi juga harus diatur sedemikan rupa. Namun, tidak kalah penting adalah faktor perekonomian orangtua yang juga memicu penyakit tersebut,” jelasnya kembali.
Dalam memberikan pendidikan terkait gizi Wirda mengaku, sejauh ini sudah melakukan koordinasi dan pertemuan-pertemua serta seminar kepada orangtua. Bahkan pemahaman tersebut juga sudah disampaikan ke anak muda.
Dia juga menginformasikan, berdasarkan hasil data yang dihimpun Dinas Kesehatan Provinsi Kalteng, di tahun 2013 angka Stanting atau pertumbuhan yang terhambat karena kekurangan asupan gizi di Kalteng mencapai 41,32 persen sementara angka Stanting di tingkat nasional hanya mencapai 39,21 persen.
“Untuk mengetahui angka stanting ini sendiri perlu waktu 10-20 tahun baru kelihatan, sementara kalau tingkat kasus gizi buruk bisa dilihat atau direlease per 1-2 tahun sekali,” ujar Wirda menambahkan.
Di sisi lain Director Community-based Health & Nutrition Project Mellennium Challenge Account (MCA) Indonesia, Dr. Minarto menjelaskan, angka Stanting di sejumlah daerah seperti NTT, Gorontalo, Kalimantan Tengah, Sumatera Utara merupakan daerah yang angka Stantingnya rata-rata di atas angka nasioanal.
“Ada juga beberapa daerah tingkat Stantingnya rendah seperti Sulawesi Utara, Bali, Jawa Timur misalnya lebih rendah dari angka nasional. Stanting sangat terkait dengan kebiasaan memberikan makan kepada anak, dan perilaku sanitasi,” ujarnya.
Dia menyampaikan, Stanting merupakan gangguan gizi anak sejak dalam kandungan sampai usia 2 tahun. Secara langsung jika anak yang sering sanitasi, maka kemungkinan akan selalu sakit.
“Kenapa tidak cukup gizi, ternyata memang ada masalah perilaku asupan gizi yang belum maksimal. Contoh memberikan Air Susu Ibu (ASI) selama minimal 6 bulan. Inilah yang harus diyakini oleh orang tua,” ujarnya menambahkan. (Arliandie)
Editor : Raudhatul N.
{adselite}