MENARAnews, Palangka Raya (Kalteng) – DPD II Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Kota Palangka Raya melakukan aksi simpatik Tolak Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender (LGBT), Minggu (28/2/2016) di Bundaran Besar Kota Palangka Raya.
Ketua HTI Kota Palangka Raya Friduan saat diwawancarai menyampaikan, kampaye ini dilakukan agar generasi bangsa kedepanya bisa terselematkan dari bahaya latin LGBT yang merupakan penyakit kejiwaan dan bukan dari faktor genetik atau keturunan.
“Seperti yang kita ketahui, negeri ini menjadi salah satu sasaran kampaye massif LGBT, dan ini sudah merupakan bentuk liberalisasi budaya yang merusak generasi muda baik di lingkungan kampus, sekolah dan sebagainya,” ujar Firduan sambil memberi selebaran berjudul LGBT Bagian dari Serangan Budaya Barat.
Dia menyampaikan, berdasarakan informasi yang diperoleh terdapat sekitar 6000 orang yang mengaku LGBT dan membentuk komunitas melalui media sosial di Kalteng. Sementara untuk Kota Palangka Raya sendiri saja katanya, sudah ada 100 orang.
Friduan menegaskan, sebagai Negara yang memiliki penduduk mayoritas Islam, seharusnya menjadikan hukum islam sebagai standar perilakukan dan bukan Hak Asasi Manusia.
“Jadi tidak ada HAM kalau kita muslim, apalagi jika itu bertentangan dengan syariat, sehingga ketika mengatakan perilaku LGBT itu haram ya haram.” jelasnya lagi.
Dia menyampaikan kembali, LGBT merupakan penyakit yang bisa disembuhkan dan diobati secara psikologis yang dipengaruhi lingkungan seperti yang pro-homoseksual, toleransi sosial dan hukum terhadap perilaku homoseksual.
” Ya kita kembali mengharapkan Pemerintah Daerah khususnya Kota Palangka Raya melakukan agenda khusus terkait pencegahan adanya ancaman LGBT di tengah-tengah masyarakat sekarang ini” tutupnya.
Berdasarkan hasil pantauan di lapangan, Aksi Kampaye Simpatik juga dilakukan dengan membentangkan spanduk yang bertuliskan “Waspada Bahaya LGBT Sebagai Bentuk Liberalisasi Budaya”, “Selamatkan Generasi Dengan Syariah Dan Khalifah”.
Sementara, sebagian warga yang melintas menyatakan setuju dengan aksi tersebut karena LGBT dinilai merusak moralitas bangsa.
“Kita sangat tidak setuju adanya LGBT, masa laki-laki suka sama laki-laki dan perempuan saman perempuan kan Tuhan sudah ciptakan lak-laki pasanganya perempuan,” ujar Elisa Mahasiswa Universitas Palangka Raya.
Hal senada disampaikan Anton saat diwawancarai, perilaku LGBT tidak selayaknya terjadi di di tengah-tengah masyarakat. Bahkan katanya agama sendiri tidak ada yang membenarkan hal tersebut.
“Tidak ada agama yang menganjutkan LGBT. Kalau berbicara melanggar Hak seseorang, itu bukan Hak yang dilanggar tapi lebih tepatnya Hak orang lain diabaikan seperti mengajak seseorang untuk rusak moralitasnya,” tukasnya. (Arliandie)
Editor : Raudhatul N.
{adselite}