MENARAnews, Palangka Raya (Kalteng) – Kalteng dinilai masih belum siap menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) terutama jika dilihat dari berbagai sektor diantaranya pendidikan dan juga hasil olahan produk lokal.
Seperti yang katakan oleh Setda Provinsi DR Siun Jarias, SH., MH bahwa bukan hanya Kalteng saja yang belum siap menghadapi era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), melainkan beberapa negara juga masih belum siap.
“Ketika saya menghadiri rapat pertemuan bersama perwakilan dari 10 negara di Dapao Filipina beberapa waktu lalu, bahwa ada 10 negara yang masih belum siap menghadapi MEA sama seperti kita di Kalteng,” ucap Siun Saat ditemui di ruangannya, Jumat (8/1/2016).
Lanjutnya, Kita bisa menlihat kesiapan suatu negara atau daerah untuk menghadapi MEA adalah dengan Expor-Impor barang yang memang menjadi ciri khas suatu negara, begitu juga dengan banyaknya infestasi yang dimiliki.
“Jangankan menjual produk ke luar negeri, malahan negara kita khususnya Kalteng hanya jadi objek saja. Coba cari di Kalteng ini siapa yang siap menjual produknya ke negara lain,” tanya Siun.
Dikatakannya, produk unggulan yang dimiliki Kalteng belum ada, seperti buah-buahan sehingga masih mengandalkan Impor dari luar negri, begitu juga dengan barang-barang elektronik masih menggunakan produkdari luar negri.
“Bercocok tanam saja kebanyakan untuk konsumsi sendiri. Tapi kalau untuk produk olahan kita memang cukup tertinggal namun untuk produk bahan mentah kita terbilang unggul,” pungkasnya.
Akan tetapi lanjutnya, yang namanya daya saing memang harus dipersiapkan, masing-masing hasil produk dan tanaman yang ada nanti akan dicari cara supaya mempunyai daya saing serta bernilai untuk dijual ke luar.
Kepala LPMP Kalteng, Krisnayadi Toendan menyatakan, jika Kalteng belum siap menghadapi MEA. “Persaingan MEA itu tak hanya dalam segi produk perdagangan, tapi segi pendidikan pula,” ungkapnya.
Bagaimana tenaga pendidiknya mempersiapkan calon-calon generasi yang memiliki kualitas ilmu pengetahuan tinggi agar ke depannya mampu bersaing dengan pendidikan negara lain. “Untuk itu kita mulai dari perbaikan dan peningkatan mutu pendidikannya,” tutup Krisnayadi.(Agus Fataroni)
Editor : Raudhatul N.