MENARAnews, Medan (Sumut) – Pilkada Medan yang tinggal menunggu hari H pada 9 Desember, memantik komentar para mahasiswa. Komentar positiv dan negativ disampaikan para mahasiswa terkait pemilihan kepala daerah khususnya Kota Medan.
Ada yang beranggapan kalau demokrasi di Indonesia hanya merupakan bunyi-bunyian saja. Banyak masyarakat yang belum memahami betul apa sebenarnya makna demokrasi itu. Seperti yang dikatakan oleh Caca, Mahasiswa FISIP USU. “Demokrasi di Indonesia ini hanya bunyi-bunyian saja, sama seperti Pilkada, produk demokrasi ini belum bisa menjawab apa yang menjadi kebutuhan Masyarakat,” bebernya saat ditemui di kampus FISIP, Jumat (4/12).
Pemimpin yang terpilih, lanjut Caca, hanya memberikan janji yang muluk-muluk kepada masyarakat. Sebelum terpilih, calon pemimpin akan memberikan janji manis kepada masyarakat. “Sayangnya selalu saja begitu, ketika terpilih nanti, mereka seakan lupa dengan siapa yang membuat mereka berada di tampuk kekuasaan,” ujarnya.
Penyelenggaraan Pilkada bagi Caca, hanyalah ajang untuk berjudi. Dirinya mengatakan, beberapa kali Pemilihan dilakukan dengan cara yang tidak sesuai.”Money politik masih marak terjadi, dan bagi saya hal ini yang semakin membodohi masyarakat dalam berdemokrasi,” pungkasnya.
Lain lagi komentar dari Tarmizi, Mahasiswa hukum USU ini mengatakan,penyelenggaraan Pilkada adalah pendidikan politik bagi dirinya. Ditemui saat sosialisasi Pilkada oleh KPU Kota Medan, Mizi menyampaikan, disinilah masyarakat harus belajar bagaimana memilih pemimpin yang baik untuk memimpin dalam mensejahterakan rakyat.
“Yah sebelum memilih pemimpin, masyarakat harus tau dulu siapa yang akan dipilihnya. Harus secara objektif juga, karena ini menentukan nasib rakyatlima tahun kedepan,” ujarnya.
Bagi Mizi, kalau memang masyarakat ini ingin sejahtera? Maka harus menggunakan hak pilih pada Pilkada nanti. Bagi dirinya, apabila masyarakat tidak menggunakan hak pilihnya pada Pilkada, maka dianggap tidak memberikan kontribusi dalam demokrasi di Indonesia.
“Kalau mau berkontribusi dalam demokrasi di Indonesia, silahkan nanti datang ke TPS tanggal 9 Desember, jadi ikut juga untuk menentukan siapa yang akan memimpin kita lima tahun kedepan,” ujarnya.
Dari Pemilihan Umum yang sudah dilakukan beberapa kali khususnya di Sumatra Utara, tingkat pemilih mengalami penurunan yang cukup drastis. Hal ini dinilai mahasiswa, masyarakat sudah jenuh terhadap Pilkada. Karena tidak ada juga perubahan yang signifikan dilakukan oleh pemimpin terpilih.
Komentar pedas dikatakan Yusuf, seorang Mahasiswa USU. “Masyarakat sudah capek dengan hal yang begini-begini saja, lihatlah, di Sumut saja berapa kali pemimpin yang dipilih, berapa orang juga yang sekolah (dipenjara) karena kasus korupsi. Macem manalah masyarakat gak muak kayak gitu,” ungkapnya.
Pilkada serentak yang akan dilaksanakan 9 Desember tinggal menunggu beberapa hari lagi. Hampir seluruh Kabupaten/Kota di Sumatra Utara akan memilih pemimpin lima tahun ke depan.pihak penyelenggara sudahelakukan berbagai upaya sosialisasi untuk meningkatkan jumlah pemilih.
Untuk diketahui, hari ini KPU Kota Medan juga melakukan sosialisasi untuk pemilih pemula di Gedung Peradilan Semu Fakultas Hukum USU, Jumat (12/4). (yug)
{adselite}