MENARAnews, Palangka Raya (Kalteng) – Adanya opini yang beredar di masyarakat Kalteng menjelang Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur tahun 2015, “Siapa yang Memberi Uang, Itu yang Dipilih” membuat Pasangan Willy M. Yoseph dan Wahyudi K.
Anwar (WIBAWA) berang. Paslon nomor urut 2 ini menganggap bahwa perbuatan tersebut melanggar aturan Tuhan dan juga manusia karena memberi dan menerima suap sama-sama dinyatakan bersalah.
“Memang saya mendengar dari masyarakat yang mengatakan siapa yang memberi uang itu yang akan dipilih. Silahkan berpendapat demikian. Tapi perlu diketahui jika ada money politic dalam pemilukada, itu merupakan perbuatan tindak pidana,” jelas Maryono, Ketua Relawan Huma Betang saat Kampanye Terbatas di wilayah Bang Aris IV Kota Palangka Raya, Sabtu (7/11/2015).
Maryono menyampaikan pesan dari WIBAWA agar masyarakat dapat memilih pemimpin dengan cara yang cerdas. Salah satunya dengan tidak menerima suap bahkan bila perlu melaporkannya ke pihak berwenang karena termasuk tindak pidana. Selain itu, lanjut Maryono ada oknum-oknum yang menggunakan unsur SARA (Suku, Agama, dan RAS) dalam berkampanye tidak perlu ditanggapi serius oleh masyarakat.
“Misalnya, ada oknum yang mengatakan haram kalau tidak memilih pemimpin seagama. Menurut WIBAWA, Pemilukada kali ini bukan memilih pemimpin untuk sembahyang tetapi memilih gubernur untuk memajukan pembangunan di Provinsi Kalteng,” lanjut Maryono.
Dikatakanya, banyak sekali program-program yang dicanangkan oleh WIBAWA jika nanti duduk sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Kalteng. Kondisi kesejahteraan masyarakat saat ini, katanya, cukup memprihatinkan, padahal sumber daya alam Kalteng melimpah ruah. Banyaknya perusahaan tambang dan perkebunan di Kalteng, lanjutnya, belum menjamin kesejahteraan masyarakatnya. Padahal kata Maryono kembali, masyarakat Kalteng sudah merdeka, tapi tidak merdeka dari kemiskinan.
“Kenapa kita pilih WIBAWA?, karena Pak Willy dan Pak Wahyudi adalah orang yang cerdas dan berpengalaman. Perlu kita ketahui bersama, Gubernur Kalteng adalah seorang pemimpin daerah, dan bukan seorang pemimpin suku atau agama,” jelas mantan Wakil Walikota Palangka Raya kembali.
Pengalaman Willy saat menjabat sebagai Bupati Murung Raya selama dua periode 2003 sampai 2013 dinilai tidak membedakan suku, agama, maupun ras, karena beliau juga membangun mesjid yang megah di Puruk Cahu yakni Mesjid Agung Al-Istiqlal dan Islamic Centre.
“Jadi salah kalau orang berpendapat kalau nanti pak Willy maju jadi Gubernur Kalteng lebih banyak membangun gereja tapi bukan masjid, saya yang akan menjaminnya nanti, kalau pembangunan sarana ibadah akan merata,” tukasnya kepada masyarakat. (Arliandie)
Editor : Raudhatul N.
{adselite}