MENARAnews, Sampit (Kalteng) – Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) memang merupakan ajang penting bagi politisi dalam memperebutkan posisi tertinggi di daerah.
Namun sudah menjadi rahasia umum jika peserta pilkada melakukan segala usaha untuk memenangkan puncak pimpinan daerah tersebut, termasuk mendatangi orang pintar atau dukun. Tidak dapat dipungkiri bahwa masih banyak orang percaya bahwa orang pintar atau dukun dapat mendatangkan keberuntungan.
Ketua Muhammaddiyah Kotim H. Akmal Thamroh menanggapi isu penggunaan orang pintar atau dukun pada pilkada mengatakan bahwa untuk mendapatkan dukungan melalui berbagai upaya sudah sepantasnya dilakukan oleh peserta pilkada, asalkan tidak melanggar syariat agama atau kepercayaan diri kita masing-masing.
“Jika pasangan calon bupati dan wakil bupati itu memeluk agama islam, sudah barang tentu menyambangi orang pintar atau dukun politik menjelang Pilkada seperti saat ini adalah perbuatan yang sirik karena tidak mempercayai Allah Yang Maha Kuasa diatas segalanya,” Kata Akmal Thamroh, Senin (7/10/2015).
Dirinya menilai bahwa sesuatu yang didapatkan melalui cara yang tidak baik akan mengakibatkan kesulitan ketika menjalaninya. Untuk itu, dirinya menghimbau agar pada pilkada seluruh pihak dapat menggunakan cara-cara yang tidak menyimpang dari agama dan kepercayaan, apalagi dengan menduakan tuhan dan percaya pada hal-hal syirik.
“Pemahamannya sederhana jika mengingingkan sesuatu maka mintalah kepada sang pecipta dengan segenap keyaninan dan iman serta cara beribadah menurut keyakinan masing-masing, jangan sesekali menduakan tuhan ataupun keyakinan dalam diri masing-masing terlebih meminta bantuan kepada orang pintar ataupun dukun politik untuk memuluskan jalan menuju kemenangan pada pilkada nanti.” ujarnya.
Akmal Thamroh sebagai salah satu pemuka agama di Kotim menilai bahwa pemimpin tidak terlepas dari banyak persoalan yang harus diselesaikan melalui keputusan dan kebijakan, namun hal tersebut tidak bergantung pada dukun melainkan melalui pertimbangan dan ibadah sesuai kepercayaan masing-masing.
”Perasaan ragu-ragu dan takut itu akan terus menghantui sosok pemimpin seperti itu karena sejak awal saja dia sudah meragukan kemampuan dalam dirinya sendiri maka akan selamanya juga sosok pemimpin seperti itu akan dihantui rasa ragu dan takut dalam mengambil sebuah keputusan,” tegas Akmal. (KK/Hidayat)
{adselite}