MENARAnews, Medan (Sumut) – Tubuh Rani Br Silalahi tampak terbujur diatas tempat tidur. Anak perempuan berumur delapan tahun ini tinggal bersama orang tuanya di Jalan Pukat Banting No.32 Medan Denai. Rani terlahir dari keluarga yang terbilang kurang mampu.
Gubuk Reot di pinggiran Rel Kereta Api menjadi saksi betapa sulitnya kehidupan keluarga orang tua Rani. Saat ini, anak dari pasangan Sahab Silalahi dan Ani Sagala mengalami patah tulang kaki dan sangat membutuhkan uluran tangan dari para dermawan. Orang tua Rani sangat kesusahan dalam mencari biaya perobatan putrinya.
Kedua orang tua Rani sehari-hari bekerja mencari barang bekas dan pencari makanan busuk untuk pakan ternak. Rani yang saat ini hanya bisa terbaring di tempat tidur memiliki keinginan untuk bersekolah. Namun apa mau dikata, sudah enam sekolah yang menolaknya karena dianggap kurang mampu.
Saat ditanyai, Kamis (15/10), ibu Rani mengatakan kalau anaknya adalah anak yang rajin dan pintar. Terkadang, walau dalam keadaan sakit Rani tetap mengerjakan pekerjaan di rumah dan membantu ibunya berkeliling menggunakan becak untuk mencari makanan busuk untuk pakan ternak. Dari pengakuan ibunya, bungsu tiga bersaudara ini sejak lahir sudah sering sakit-sakitan. Ibunya mengatakan Rani terkena ‘Palasik’ sejak kecil.
Dalam kepercayaan Minangkabau, ‘Palasik’ adalah manusia yang memiliki ilmu hitam. Jadi Rani terkena ilmu hitam tersebut hingga menyebabkan Rani menjadi sering sakit.
“Memang dari kecil dia (Rani) sudah sakit-sakitan. Dia kena ‘palasik’ dari kecil, sehingga tubuhnya lemah dan terus mencret-mencret,” ungkap boru sagala kepada awak media.
Pengobatan medis dan alternatif sudah diupayakan oleh keluarga, namun keadaan Rani tak kunjung membaik. Ditambah lagi patah tulang kaki yang diderita Rani saat ini. Atas kemauan Rani ingin bersekolah keluarga terus berjuang untuk kesembuhannya.
Dalam kondisi tubuhnya yang rapuh, Rani mengalami patah tulang kaki untuk kedua kalinya. Kaki kananya yang kali ini patah disebabkan kondisi tulang yang rapuh. Kejadiannya, beberapa bulan lalu saat dirinya membantu mengerjakan aktivitas dirumah dalam membatu orangtuanya.
Kini, Rani terus menjalani pengobatan tradisional di salah satu tempat pijat di kawasan Jalan Denai Simpang Mandala. Saat ditanyai, Rani rupanya memiliki kemauan bersekolah yang cukup tinggi. Bahkan Rani bercita-cita jadi dokter agar bisa mengobati orang sakit.
“Aku mau sekolah om, tapi gak bisa, mau jadi dokter biar gak sakit lagi, bisa ngobati orang juga,” ucap Rani dengan raut muka polos.
Ani Sagala hanya berharap saat ini ada orang yang mau membantu keluarganya khususnya Rani yang terbaring sakit. “Sedih kali saya dek, dia mau sekolah, terus dia juga pintar orangnya. Tapi sudah kami datangi enam sekolah dan tak ada yang mau menerimanya. Saya harap, ada orang yang mau membantu kami dan menganggapnya anaknya atau saudaranya juga. Sehingga dia (Rani) bisa sekolah dan bisa merasakan masa kecilnya,” ungkap Ani berlinang air mata. (yug)
{adselite}