MENARAnews, Jambi – Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Jambi terus mematangkan persiapan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak tahun 2015. Buktinya, KPU kemarin (12/10) menyisir diwilayah pedalaman Suku Anak Dalam (SAD) di Kecamatan Muaro Sebo Ulu, Desa Padang Kelapo, Kabupaten Batanghari.
Tak tanggung-tanggung dari data yang berhasil di himpun, pemilih SAD dilokasi ini tersebar di tiga wilayah yakni Padang Kelapo, Sungai Lingkar dan Batu Sawar. Tak hanya itu, dilokasi ini juga terdapat 784 pemilih yang terbagi di 3 TPS.
“Kelompok marginal SAD sebagian besar tersebar di kabupaten Batanghari, Sarolangun dan Tebo. Saat ini kita berada di Desa Padang Kelapo, Kecamatan Maro Sebo Ulu, Batanghari,” ujar komisioner KPU provinsi Jambi, Divisi Sosialisasi, Desy Arianto saat dikonfirmasi sejumlah wartawan kemarin.
Suku anak dalam (SAD) adalah warga yang tinggal di daerah pinggiran dan relatif sulit di jangkau karena kebiasaan berpindah-pindah (Nomaden). Meski demikian SAD adalah warga negara yang punya hak pilih dan harus diakomodir.
Pantauan harian ini dilapangan menerobos lokasi Suku Anak Dalam (SAD) di Balat Adat SAD Maro Sebo Ulu Padang Kelapo, Kabupaten Batanghari tidaklah mudah, dari Ibu Kota Kabupaten Batanghari memasuki Desa Padang Kelapo, Kecamatan Maro Sebo Ulu.
Dalam acara sosialisasi kelompok Marginal SAD dalam pemilihan serentak tahun 2015 bersama Komisioner KPU Provinsi Jambi, Batanghari, Panwas dan Panwascam ini, Datuk Temenggung Jelitai sempat curhat. Dalam sambutannya ia mengaku tidak banyak mengerti dengan kegiatan Pemilu.
Temenggung menyebutkan selama ini pihaknya banyak kebingungan dengan prosedur dan cara mencoblos. Apalagi, ia mengaku tidak ada gambar atau foto di surat suara seperti pada pileg kemarin.
Tumenggung Jelitai menyampaikan sampai saat ini banyak warganya yang bingung alias tidak mengerti cara pencoblosan saat pilkada serentak.
“Masih banyak yang bingung kayak mano nak milih, apolagi kami dak biso membaco,” kata Tumenggung Jelitai.
Tumenggung Jelitai mengatakan setiap musim pilkada banyak suara mereka yang tak tersalurkan. Apalagi saat pilkada legislatif lalu yang saat itu hanya ada nama dan nomor urut.
“Akeh (aku,red) nak milih jugo,” katanya. Tumenggung Jelitai mengatakan bagi suku anak dalam baru mengenal istilah gubernur, bupati dan camat baru dikenalnya sejak tahun 2013.
“Sejak tahun 2013 barulah kami mengenal istilah gubernur, bupati dan camat,” katanya.
Makanya dirinya mulai meminta bantuan pada pemerintah tentang kebutuhan sehari – hari utamanya kebutuhan jalan yang tak layak tempuh
“Kami juga pernah bertemu dengan calon bupati dan gubernur dan saat ini pemerintah sudah peduli dengan kami,” katanya.
Sementara itu warga suku anak dalam lainnya Juntun mengatakan tidak mengetahui apa gunanya memilih saat pilkada ini.
“Kami dak tau apo gunonyo milih ini, duit dak dapat jugo” katanya.
Dia juga mengharapkan agar pemerintah dapat memperhatikan nasib mereka jadi lebih baik lagi. Dia juga minta agar pemerintah tudak melupakan nasib mereka yang berada di kawasan pinggiran.
“Mungkin pada bapak – bapak biso menyampaikan pada rajo di kota tu supayo kami merasokan hidup layak,” katanya.
Sementara itu Komisioner KPU Provinsi Jambi Desy Ariyanto menyampaikan sekelumit persoalan pemilu. Dia juga mengajak masyarakat SAD untuk memilih pada 9 Desember nanti.
“Jangan mau minta samo orang mau pilih siapo, tapi pilih lah sesuai dengan pilihan sendiri,” katanya.
Dia juga menyampaikan terkait aturan dan proses serta tahapan pelaksanaan pemilu gubernur ini. (GWA)
Â
{adselite}