MENARAnews, Medan (Sumut) – “Kondisi politik yang buruk saat ini mencerminkan kondisi tokoh pilitiknya, meski begitu masih ada tokoh-tokoh pada masa lalu seperti Soekarno untuk menginspirasi mahasiswa untuk memperbaiki kondisi politik saat ini” ujar Rikson Wesley Sihotang (Ketua Presidium Pengembangan Organisasi PMKRI) pada kelanjutan rangkain acara Bulan Inspirasi Mahasiswa Baru dengan agenda nobar film “Soekarno” di Aula Catholic Center Medan (10/10).
Acara aspirasi film kali ini PMKRI mengundang Richard P Sidabutar (Anggota DPRD Sumut), Henrykus Sihaloho (Dosen Fakultas Pertanian Universitas Katolik Santo Thomas Medan/Mantan Anggota PMKRI) dan Sutarto (Aktivis Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Medan/ Sekretaris PDIP Sumut).
“Bung Karno merupakan pencetus perjuangan dan pemersatu bangsa. Pesan yang bisa diambil adalah pendidikan karakter non formal karena Soekarno merupakan pemimpin yang lahir dari penderitaan rakyat, dengan karakter yang terbentuk dari rakyat. Mahasiswa sebagai pembaharu harus memiliki karakter yang kuat seperti Bung Karno yang tertempa karakternya dari rakyat. Pembangunan karakter bangsa merupakan pembangunan yang belum terselesaikan oleh Soekarno yang harus dilanjutkan oleh mahasiswa” kata Richard P. Sidabutar (Anggota DPRD Sumut) seusai penayangan film. Pihaknya juga mengatakan Bung Karno telah melahirkan kekuatan politik berdikari dengan gerakan yang tidak terpengaruh oleh kelompok kepentingan. Sehingga hal tersebut harus menjadi acuan penting bagi mahasiswa dalam melakukan pergerakan perubahan di masa sekarang.
Sementara Hendrik Sialoho (Dosen Fakultas Pertanian Universitas Katolik Santo Thomas Medan/Mantan Anggota PMKRI) dalam aspirasi terkait film yang ditayangkan mengatakan antara lain Mahasiswa sebagai agen perubahan harus melakukan perubahan jangan justru melakukan tindak korupsi ketika telah menjadi tokoh politik maupun tokoh pemerintahan. Perubahan harus dilakukan oleh para mahasiswa untuk mewujudkan kemandirian. Lunturnya rasa nasionalisme dimasa sekarang karena sudah tidak adanya rasa saling menghargai pluralisme.
Pada sesi diskusi tersebut adapun sejumlah mahasiswa yang menanyakan kepada aspirator “Bagaimana kita menemukan sosok Bung Karno pada mahasiswa di masa sekarang?” Apa yang salah dengan kepemimipinan Bung Karno pada waktu masa itu? “
Sutarto (Aktivis GMNI Medan) pada kesempatan tersebut pun menjawab dengan singkat dan padat bahwa menggali gagasan Bung Karno itu artinya menggali sumber daya alam dan sumber daya manusia Indonesia. Menggali kebesaran Bung Karno sama artinya menggali kebesaran Indonesia. Untuk mengulas kiprah Bung Karno tidak cukup hanya melalui film, tetapi mahasiswa harus memilki panduan seperti para kader GMNI yaitu buku “Bendera Di Bawah Revolusi” jilid 1dan jilid 2 yang ditulis oleh Bung Karno. Karena terdapat pembelokan sejarah selama ini. Bung karno telah menggagaskan Tri Sakti.
Pada masa sekarang Tri sakti merupakan parameter dalam menjalankan kehidupan saat ini. Apakah Indonesia sudah berdikari dan berdaulat dalam ekonomi, berbudaya, dan berpolitik. Marhaenisme merupakan gambaran kemiskinan rakyat akibat sistem Imperialisme dan Liberalisme. Namun Marhaenisme yang identik dengan faham Marxisme yang diperjuangkan oleh Bung Karno justru dianggap komunis. Mahasiswa harus dapat membedakan hal tersebut guna melakuan perubahan di masa sekarang yang memprihatinkan. Mari kita sebagai genarasi bangsa menginspirasi diri melalui sosok Bung Karno.
Acara pemutaran dan aspirasi film kali ini meskipun yang hadir lebih sedikit dibandingkan sebelumnya namun para peserta memiliki antusiame yang tinggi dengan banyaknya pertanyaan yang diajukan kepada aspirator yang diundang oleh PMKRI.
“Beri aku 1000 orang tua maka akan kucabut Mahameru dari akarnya, beri aku 10 pemuda akan kuguncang dunia”(Ir. Soekarno). Jaya mahasiswa Indonesia, Merdeka!!. (jwt)