MENARAnews, Medan (Sumut) – Banyak cara untuk memperingati momen sumpah pemuda yang jatuh pada tanggal 28 Oktober 2015. Seperti yang dilakukan Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fisip USU. Mereka menggelar Dialog Publik bertajuk “Refleksi Budaya Pemuda Masa Lalu, Kini dan Akan Datang”. Dialog publik diadakan di Ruang Sidang FISIP USU, Jumat (30/10).
Dr. Muryanto Amin, Akademisi FISIP USU serta Walid Musthafa S.Sos, M.IP didapuk menjadi pemateri dalam diskusi tersebut. Dialog publik dihadiri, HMI sekawasan Cabang Medan, Organisasi Ekstra Kampus dan Mahasiswa FISIP USU.
Dalam paparannya, Walid Musthafa mengatakan, sebagai pemuda kita harus meningkatkan kualitas diri. Pemuda harus memiliki ide yang orisinil dalam menghadapi tantangan jaman.
Dirinya juga mengatakan, sebagai pemuda kita harus benar – benar mengamalkan pancasila sebagai ideologi bangsa. “Pemuda – pemuda ini harus kita siapkan, globalisasi memang harus dihadapi,” ujarnya.
Masalah pemuda sekarang adalah, semakin terdegradasinya kualitas pemuda.
“Kemampuan kita dalam menyelesaikan suatu persoalan, menyuarakan ide-ide semakin lemah, kenapa, kita sudah lemah dalam menanggapi persoalan,” ujarnya.
Permasalahannya adalah, sulitnya mengimplementasikan Pancasila dalam kehidupan sehari – hari.
“Sebenarnya banyak pemuda-pemuda sudah banyak mengamalkan pancasila dalam kehidupan sehari – hari, namun hanya saja mereka tidak memahami apakah mereka sudah mengamalkannya, karena kurang memahami tentang pancasila,” paparnya.
Ketua Bidang Perguruan Tinggi Kemahasiswaan dan Pemuda HMI Fisip, Marlan Ifantri Lase mengatakan, secara peran pemuda mengalami kemunduran saat ini namun kali ini pihaknya mencoba mengupas dari aspek budaya.
“Masa hari ini kita mengaku berbangsa satu tapi masih ada yang mengunggulkan kesukuan masing-masing, ini konteksnya sudah jauh dari Sumpah pemuda itu sendiri.
Saat ini pemuda, lanjut Marlan tidak bisa mengejar zaman makanya dianggap sudah terdegradasi,
“Terutama dalam dunia politik,” imbuhnya.
Menghadapi MEA yang sudah didepan mata, HMI FISIP dengan tegas tetap menolak diberlakukannya MEA. Karena menurut pihaknya, rakyat belum siap menghadapi MEA.
“Masyarakat Indonesia ini belum siap menghadapi MEA ini, dari pemudanya, ekonominya, intelektualnya belum siap,” ujar lelaki berambut gondrong ini.
Dengan tegas, HMI FISIP USU menolak MEA.
“Yang harus dilakukan, cuma Tolak MEA,” pungkasnya. (Yug)
{adselite}