MENARAnews, Jakarta – Sebuah ledakan cukup besar terjadi di dalam toilet kantin karyawan di lantai LG Mall Alam Sutera pada Rabu (28/10/2015) sekitar pukul 12.05 WIB. Ledakan ini menyebabkan satu orang karyawan mengalami luka bakar yang cukup parah di bagian kakinya.
Ancaman teror bom yang berujung ledakan tersebut ternyata bukan pertama kalinya menimpa Mall Alam Sutera, tercatat pada 6 Juli 2015, juga ditemukan sebuah bom di toilet mall itu. Namun untungnya bom itu belum sempat meledak.
Pihak kepolisian bergerak cepat menyikapi ledakan itu, tak butuh waktu lama, polisi akhirnya berhasil mengamankan pelaku bom di Mall Alam Sutera. Tak hanya itu, polisi juga melakukan penggrebekan di rumah pelaku dan menemukan sejumlah barang bukti yang berupa bom yang masih aktif.
Pada Kamis (29/10/2015), Kapolda Metro Jaya, Irjen Tito Karnavian, dalam konfrensi pers di Polda Metro Jaya akhirnya merilis identitas pelaku yang melakukan pengeboman di toilet Mal Alam Sutera. Pelaku pengeboman itu bernama Leopard Wisnu Kumala yang saat ini berumur 29 tahun.
Tito menjelaskan bahwa pelaku pengeboman itu sudah sudah empat kali meneror Mal Alam Sutera. Aksi pertama dilakukan pada 6 Juli 2015, namun bom tidak meledak. Aksi kedua dilakukan pada 9 Juli 2015 dan bom meledak. Aksi ketiga dilakukan sekitar seminggu sebelum aksi terakhir, namun bom juga tidak meledak dan aksi terakhir terjadi pada Rabu (28/10/2015) kemarin.
“Bomnya meledak pada aksi terakhirnya dan mengakibatkan satu orang terluka,” ujar Tito.
Berikut ini beberapa fakta mengenai Leopard Wisnu Kumala, sang “The Lone Wolf” peneror berantai Mall Alam Sutera.
Kehidupan pribadi
Leopard Wisnu Kumala dikenal sebagai seorang ahli IT di PT Masindo Utama, perusahaan yang bergerak di bidang servis dan jasa instalasi untuk industri telekomunikasi Indonesia.
Leopard juga dikenal sebagai seorang warga yang baik. Selama tinggal dua tahun bersama istri dan anak perempuannya yang masih berumur dua tahun di Perumahan Banten Indah Permai, Serang, Banten, Leo tidak pernah memiliki masalah dengan warga sekitar.
“Pak Leo itu orangnya baik. Selama dua tahun tinggal disini bersama istri dan anaknya yang masih kecil, warga tidak pernah bermasalah dengan dirinya. Engga nyangka saja ia sampai membuat bom yang meledak di mall,” ujar salah satu warga di sekitar rumah Leopard, Santoso (54) seperti dilansir kompas.com, Kami s (29/10/2015).
Enny (35), warga lainnya yang tinggal di sekitar rumah Leopard mengaku bahwa tidak begitu mengenal Leopard karena jarang berada di rumah. Enny hanya sering berkomunikasi dengan istri dan anak Leopard. Ia menganggap bahwa kehidupan Leopard dan istrinya tak jauh berbeda dengan warga sekitar yang beraktivitas sesuai dengan rutinitas.
“Pak Leo itu jarang banget ada di rumah. Soalnya dia kerja di Jakarta. Dalam seminggu, saya melihat dia pulang hanya beberapa kali saja. Kalau istri sama anaknya masih terlihat berkomunikasi dengan warga lainnya. Yah biasa aja gitu,” Tutur Enny.
Aksinya mirip pembom bunuh diri (The Lone Wolf/Serigala Sendirian)
Menurut keterangan Kapolda Metro Jaya, Irjen Tito Karnavian, aksi yang dilakukan oleh Leopard ini memiliki kemiripan dengan para jihadis islam garis keras, seperti ISIS dan kelompok militan lainnya yang melakukan aksi bom bunuh diri. Pasalnya aksi teror yang Leopard lancarkan terhadap Mall Alam Sutera, dilakukan sendiri tanpa keterkaitan dengan organisasi atau kelompok militan lainnya, bahkan dalam merakit bom pun ia lakukan sendiri tanpa bantuan orang lain.
Bukan ideologi, tapi bermotif ekonomi
Ledakan sebuah bom saat ini identik dengan kelompok militan yang berjuang mempertahankan ideologinya, namu berbeda dengan aksi teror yang dilakukan Leopard. Leopard mengungkapkan kepada pihak kepolisian bahwa dirinya melakukan aksi teror itu semata-mata untuk mencari keuntungan dengan cara memeras. Ia meneror pengelola Mall Alam Sutera untuk memberikan 100 bitcoin atau senilai Rp 300 juta kepadanya.
Leopard juga mengaku bahwa pihak Mall Alam Sutera sempat memberikan bitcoin kepadanya, namun hanya 0,25 bitcoin atau senilai dengan Rp 750 ribu. Menurutnya 1 bitcoin sama dengan Rp 3,2 juta.
Pemerasan yang dilakukan Leopard dilakukan setelah bom meledak, ia kemudian mengirim email kepada pengelola Mall Alam Sutera untuk meminta tebusan sejumlah uang.
Kapolda Metro Jaya, Irjan Tito Karnavian mengatakan bahwa Leopard tidak terkait dengan jaringan teror yang selama ini sudah dipetakan. “Pelaku sama sekali tidak memiliki keterlibatan dengan jaringan teroris yang selama ini sudah kami petakan. Ia hanya seorang pelaku tunggal. Motif pelaku lebih mengarah kepada masalah ekonomi bukan ideologi,” ujar Tito saat jumpa pers di Main Hall Polda Metro Jaya.
Berdasarkan informasi yang dihimpun oleh MENARAnews, Leopard dikabarkan terlilit utang puluhan juta rupiah, mulai dari cicilan rumah, cicilan motor, bank, hingga kartu kredit. Bahkan istrinya juga disebutkan meminta dibelikan mobil. Kondisi ini akhirnya membuat Leopard gelap mata. Ia kemudian melakukan teror tersebut.
Belajar merakit bom secara otodidak melalui bantuan Google dan Youtube
Perkembangan internet yang semakin canggih akan membuat kreativitas kita semakin mudah untuk terwujud. Hal itulah yang sangat dipahami oleh Leopard. Bermodal ketekunan dan niat untuk membuat bom, Leopard akhirnya memanfaatkan internet untuk membuat bom. Ia mencari tutorial pembuatan bom melalui Google dan Youtube.
“Bom yang meledak di mall itu, mudah dibuat dengan bahan rumah tangga, seperti cat dan thinner. Pelaku belajar membuat bom dari tutorial yang ia lihat di Google dan Youtube,” kata Kapolda Metro Jaya, Tito Karnavian
Bom bersifat high explosive dan memiliki kemiripan dengan aksi teror di Inggris dan Perancis
Berdasarkan keterangan dari Irjen Tito Karnavian saat jumpa pers, Bom yang dibuat Leopard masuk dalam kategori TATP (Triacetone Triperoxide Peroxyacetone) dan memiliki daya ledak yang tinggi (high explosive).
Bom ini juga memiliki kemiripan dengan aksi teror yang terjadi di Inggris dan Perancis. Di Inggris, bahan peledak jenis TATP meledak pada 7 Juli 2005, kuantitas bahan peledak itu hanya 4,5 kg, namun peristiwa ini menelan korban tewas sebanyak 52 orang dan ratusa lainnya luka-luka. Sedangkan di Perancis, bahan peledak ini digunakan oleh Richard Reid. Ia dijuluki sebagai shoe bomber karena membakar sepatunya yang berisi bahan peledak tersebut. (ADF)
{adselite}