MENARAnews, Jakarta – Krisis utang yang saat ini menggoncang perekonomian Yunani diklaim Bank Indonesia (BI) tidak berpengaruh besar terhadap kondisi keuangan dalam negeri. BI menilai bahwa eksposure pasar keuangan Yunani tidak begitu besar ke Indonesia.
Krisis yang dihadapi Yunani saat ini, menurut Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) tidak akan memberikan dampak langsung pada perekonomina negara-negara emerging market yang sebagian besarnya adalah negara berkembang, salah satunya adalah Indonesia.
“Krisis Yunani itu pada dasarnya sudah ada sejak tahun 2011, namun pada tahun 2015 ini berbeda jauh. Eskposure pasar di Yunani yang dimiliki oleh perbankan Eropa pada tahun 2011 masih besar. Kalau sekarang, perbankan Eropa yang memiliki eksposure besar di Yunani sudah tidak ada lagi”, ungkap Mirza
Sebelumnya, guncangan terhadap pasar keuangan global telah disebabkan oleh permasalahan yang dialami Yunani. Karen berpotensi gagal bayar hutang-hutangnya, Yunani terancam bangkrut. Yunani sebenarnya bukan pertama kali menghadapi krisis Ekonomi. Pada tahun 2011 lalu, krisis ekonomi serupa juga pernah dialami Yunani karena penumpukan utang dan pajak.
Saat ini, Yunani kembali gagal dalam menyelamatkan negaranya dari kebangkrutan walaupun sudah mendapat tawaran pinjaman utang dari para kreditur.
Pada pertemuan darurat menteri keuangan UE yang berlangsung di Brussels, Kamis (25/6), Perdana Menteri Yunani, Alexis Tsipras melakukan upaya terakhir namun hal tersebut juga gagal. Padahal, uang senilai 1,6 miliar Euro pada awal pekan depan harus dibayar Yunani ke IMF, karena pada 30 Juni mendatang, Yunani harus memenuhi kewajiban utangnya yang akan jatuh tempo.
Penolakan Athena terkait kebijakan reformasi keuangan yang diajukan para kreditor berakibat pada berhentinya pembicaraan tentang krisis utang Yunani antara menteri keuangan UE. Padahal sehari sebelumnya, Tsipras akan bersiap melakukan pemangkasan anggaran pensiun dan menaikkan tarif pajak pertambahan nilai (PPN) seperti yang kreditor inginkan. Namun, sikap Tsipras justru mengalami perubahan pada detik-detik terakhir.
Perubahan kebijakan tersebut justru dinilai sangat berpengarauh pada kepercayaan pasara keuangan global, yang dikhawatirkan masa depan Eropa dan global akan terancam.
Walaupun demikian, Mirza yakin bahwa hantaman krisis global masih akan tetap bisa dihadapi Indonesia. Mirza mengaku pihaknya sudah melakukan antisipasi terhadap berbagai resiko termasuk melakukan analisis pasar keuangan.
“Semua ini tergantung kesepakatan antara debitur dengan Yunani, apakah terjadi deal apa enggak. Akan menurut pandangan saya, tidak akan terpengaruh, karena di Yunani eksposure pasar keuangannya sudah tidak besar”, jelasnya (AD)